Writer: fypmedia - Sabtu, 01 November 2025
FYPMedia.id - Setelah penantian panjang lebih dari tiga dekade, Indonesia akhirnya mulai membangun pabrik soda ash pertama di dalam negeri.
Proyek bersejarah senilai Rp5 triliun ini resmi dimulai oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) di kawasan Industrial Estate Bontang, Kalimantan Timur, dan menandai langkah besar bangsa menuju kemandirian industri kimia.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menyebut pembangunan ini sebagai simbol penting dari arah baru ekonomi nasional yang lebih mandiri dan berdaulat.
"Ini adalah bagian dari astacita presiden, yaitu hilirisasi. Ini juga menandai 1 tahun dari pemerintahan Prabowo. Arahan beliau sangat tegas dan jelas untuk terus melanjutkan hilirisasi dan memperkuat ketahanan industri,†ujar Rahmad dalam seremoni groundbreaking di Bontang, Jumat (31/10/2025).
Pabrik ini menjadi jawaban atas ketergantungan Indonesia terhadap impor soda ash (natrium karbonat) yang selama ini mencapai 1 juta ton per tahun.
Produk tersebut merupakan bahan baku penting di berbagai sektor industri strategis, seperti kaca, sabun, deterjen, baterai kendaraan listrik, hingga pengolahan air.
Investasi Rp5 Triliun dan Serapan Ribuan Tenaga Kerja
Proyek ini digarap oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), anak usaha Pupuk Indonesia, dengan dukungan kontraktor PT TCC Indonesia Branch Enviromate Technology International (ETI) dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Gusrizal, menegaskan proyek ini menelan investasi besar dan akan menjadi salah satu tonggak transformasi industri nasional.
"Nilai investasinya sekitar Rp5 triliun. Pendanaannya dari perusahaan sendiri dan perbankan nasional,†jelas Gusrizal.
Pabrik yang berdiri di lahan seluas 16 hektar ini diproyeksikan menyerap 800 tenaga kerja konstruksi dan 86 pekerja operasional permanen.
Target penyelesaian pabrik ini adalah Maret 2028, dengan kapasitas produksi 300.000 ton soda ash dan 300.000 ton amonium klorida per tahun.
Rahmad menambahkan, proyek ini bukan hanya soal produksi kimia, melainkan tentang kemandirian ekonomi bangsa.
"Sudah lebih dari tiga dekade Indonesia berupaya memiliki pabrik soda ash, tidak berhasil. Dan hari ini kita mulai pembangunan pabrik pertama di Indonesia," kata Rahmad dalam acara Groundbreaking Pabrik Soda Ash di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur, Jumat kemarin.
Baca Juga: 5 Fakta Penting Putusan MK Soal Keterwakilan Perempuan di DPR, PKS Bilang "Bravo MKâ€
Tekan Impor dan Hemat Devisa Negara
Pembangunan pabrik soda ash ini diharapkan dapat menekan impor hingga 30%, sekaligus menghemat devisa triliunan rupiah per tahun.
"Impor soda ash di Indonesia sekarang 1 juta ton dan akan terus tumbuh 5-6 persen per tahun. Kalau Indonesia tidak mulai membangun pabrik soda ash, tidak bisa saya bayangkan berapa besar devisa yang harus kita keluarkan,†ujar Rahmad.
Selama ini, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan soda ash dan amonium klorida dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan India. Pada tahun 2024 saja, impor soda ash mencapai 801.670 ton dan amonium klorida sebesar 312.670 ton.
Padahal, Indonesia memiliki semua bahan baku yang dibutuhkan, seperti amoniak (NH₃) dan karbondioksida (CO₂), yang melimpah di fasilitas produksi Pupuk Kaltim dan Pupuk Indonesia Grup.
"Kalau kita punya semua bahan yang dibutuhkan tapi tetap impor, itu artinya kita kehilangan peluang besar. Dengan pabrik ini, kita mulai mengembalikan kedaulatan industri kita,†tambah Rahmad.
Hilirisasi Nyata dan Dukungan Ketahanan Pangan
Lebih dari sekadar proyek industri, pabrik soda ash ini juga menjadi bukti konkret implementasi kebijakan hilirisasi nasional.
Dari sisi lingkungan, pabrik ini juga dirancang ramah lingkungan, karena akan menyerap 174.000 ton emisi COâ‚‚ per tahun untuk dijadikan bahan baku soda ash.
Selain soda ash, produk sampingan berupa amonium klorida akan dimanfaatkan sebagai pupuk langsung (direct fertilizer) atau bahan campuran pupuk NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium) yang mendukung ketahanan pangan nasional.
"Indonesia tidak hanya mengimpor soda ash, tapi Indonesia juga mengimpor produk sampingan hasil pabrik soda ash yaitu ammonium chloride. Jadi hasil dari sini tidak hanya menggantikan impor soda ash, tapi juga menggantikan impor dari ammonium chloride sebagai pupuk yang sangat dibutuhkan untuk kebun kelapa sawit," ungkap Rahmad.
Dengan demikian, proyek ini memiliki multiplier effect yang besar — tidak hanya pada sektor industri kimia, tetapi juga pertanian, ekspor, dan penciptaan lapangan kerja.
Visi Hijau dan Dorongan Industri Baterai Nasional
Menurut Bhimo Aryanto, Senior Director of Business Performance & Assets Optimization PT Danantara Asset Management, keberadaan pabrik ini juga berpotensi mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
"Soda ash menjadi salah satu bahan penting untuk membuat litium karbonat, bahan utama baterai kendaraan listrik. Dengan kapasitas produksi yang signifikan, pabrik ini diharapkan mampu menggantikan impor secara bertahap dan membuka peluang ekspor di masa depan,†kata Bhimo.
Ia menambahkan, pembangunan pabrik ini juga menjadi benchmark baru industri kimia hijau di Indonesia. Selain mengurangi emisi karbon, proyek ini akan meningkatkan ekonomi lokal Bontang dari 9,8% menjadi 10,5% dan menciptakan ratusan pekerjaan permanen bagi warga sekitar.
Baca Juga: Bahlil Soroti 1 Tambang Emas Ilegal di Pegunungan Arfak, ESDM Siap Legalkan Melalui Skema Rakyat
Arah Baru Ketahanan Industri Nasional
Langkah Pupuk Indonesia membangun pabrik soda ash ini mendapat apresiasi luas karena dinilai menjadi pilar penting dalam strategi hilirisasi industri nasional.
Upaya ini sekaligus menegaskan bahwa Indonesia kini tidak hanya menjadi konsumen bahan baku, tetapi juga produsen bernilai tambah tinggi.
Rahmad pun menutup sambutannya dengan harapan besar. "Mudah-mudahan mimpi besar bangsa Indonesia untuk memiliki ketahanan industri yang semakin kuat, untuk mengurangi impor dan menjadi negara yang lebih mandiri, bisa kita capai.
Pupuk Indonesia bersama seluruh anak perusahaannya, kali ini dengan Pupuk Kalimantan Timur, akan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara,†tutupnya.