Writer: fypmedia - Sabtu, 11 Oktober 2025
FYPMedia.id - Pergerakan harga Bitcoin (BTC) terus memperoleh sorotan tajam. Baru-baru ini, aset kripto unggulan sempat menembus puncak mingguan di kisaran US$ 126.198, atau sekitar Rp 2,09 miliar (kurs asumsi Rp 16.588), sebelum kemudian terkoreksi ke level US$ 121.382 atau sekitar Rp 2,01 miliar pada Jumat (10/10/2025).
Menurut analisis Tokocrypto, BTC masih menyimpan momentum bullish dengan level support di sekitar US$ 119.500 (level Fibonacci 50%) dan garis resistensi kuat di US$ 124.850 — yang menjadi sinyal potensi lompatan menuju US$ 130.000 atau sekitar Rp 2,15 miliar.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengungkapkan bahwa kondisi volatilitas yang rendah (Bollinger Band squeeze) kini justru menjadi indikator menarik: pasar tengah memasuki fase konsolidasi sehat.
"Jika BTC mampu bertahan di atas US$ 120.000 dan menembus US$ 124.850, peluang menuju US$ 130.000 terbuka lebar. Namun, kegagalan mempertahankan level US$ 119.500 dapat memicu koreksi jangka pendek hingga US$ 117.000,†jelasnya dikutip dari detikcom, Sabtu (11/10/2025).
Data pergerakan harian menguat bahwa pada 9 Oktober 2025, BTC naik sekitar 0,64% dalam 24 jam menjadi ~US$ 122.273 (~Rp 2,0 miliar), melanjutkan tren positif mingguan +3,07% dan bulanan +9,22%.
7 Faktor Pendorong Prediksi Bitcoin Capai Rp 2,15 Miliar
Berikut adalah faktor-faktor kunci yang memicu optimisme dan potensi lonjakan harga BTC:
1. Tekanan Dukungan Kebijakan Moneter AS
Para investor kini sangat memperhatikan keputusan suku bunga The Fed. Rilis risalah rapat FOMC menampilkan sinyal dovish: sebagian besar anggota mendukung pelonggaran kebijakan moneter di akhir tahun.
Data CME FedWatch bahkan menunjukkan peluang 92,5% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 29 Oktober mendatang.
Pelonggaran bank sentral AS diprediksi melemahkan dolar AS dan menggeser minat investor ke aset seperti Bitcoin.
Baca Juga: Bitcoin Tembus Rp1,94 Miliar, Pakar Prediksi Masih Bisa Naik ke Rp1,99 M
2. Arus Masuk Institusional melalui ETF
Minat institusional terhadap Bitcoin terus mendalam lewat produk ETF. Menurut Fyqieh, aliran dana institusional ini menjadi salah satu motor utama pergerakan harga.
Data on-chain mengindikasikan bahwa selama sembilan bulan pertama 2025, total inflow ke instrumen terkait BTC mencapai US$ 22,5 miliar.
Angka ini diproyeksikan melonjak hingga US$ 30 miliar pada akhir tahun, mencerminkan dominasi minat institusional.
3. Narasi Lindung Nilai terhadap Dolar AS
Dengan kebijakan moneter longgar, daya tarik asing terhadap aset fiat melemah. Bitcoin semakin dianggap sebagai hedge (lindung nilai) terhadap depresiasi dolar AS.
Fyqieh menuturkan, "Harga kripto akan menguat ketika imbal hasil riil turun, dan ini terjadi saat kebijakan moneter longgar mendominasi narasi pasar.â€
4. Pola Teknis Menggoda
BTC dikabarkan membentuk pola inverse head and shoulders, yang secara teknikal menargetkan potensi breakout ke US$ 147.700. Meski demikian, pasar tampak berhati-hati dalam jangka pendek akibat sinyal kelelahan.
Struktur harga tetap dianggap bullish sejauh berada di atas level US$ 107.200. Namun, jika level itu gagal dipertahankan, koreksi mendalam dapat terjadi.
5. Aktivitas Whale & Perubahan Pemilik
Data on-chain juga menunjukkan net inflow dari whale address mencapai level tertinggi beberapa minggu terakhir, sementara pemegang jangka panjang menjadi penjual bersih, sinyal bahwa momentum mungkin sedang berpindah tangan.
Perputaran aset di tangan whale sering kali menjadi indikator bahwa sebuah pergerakan besar (pump atau dump) mungkin segera terjadi.
Baca Juga: 7 Tanda Tubuh Ini Jadi Peringatan Dini Sebelum Diabetes Menyerang, Jangan Diabaikan!
6. Dukungan Algoritma & Prediksi Berbasis Data
Penelitian akademis pun turut mendukung upaya prediksi harga. Sebuah studi menggunakan metode deep stacking dan wavelet menunjukkan model tersebut mampu memprediksi harga BTC dalam horizon harian hingga 90 hari dengan akurasi lebih baik dan error sekitar 0,58%.
Implementasi model seperti ini memperkuat keyakinan bahwa harga jangka menengah dan panjang bisa dianalisis dengan data on-chain dan algoritma lanjutan.
7. Keseimbangan Antara Kebijakan The Fed & Arus Masuk ETF
Menurut Fyqieh, dua faktor penentu ke depan adalah keputusan suku bunga The Fed dan kekuatan arus masuk ETF itu sendiri.
Jika The Fed tertahan memotong suku bunga, maka pasar akan sangat bergantung pada arus dana institusional untuk menjaga momentum bullish.
Risiko yang Harus Diwaspadai
- Jika BTC gagal bertahan di US$ 119.500, potensi koreksi turun menuju US$ 117.000 atau lebih rendah bisa terjadi.
- Penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan melemahkan dukungan inflasi dan narasi lindung nilai.
- Overextension teknikal atau lonjakan volatilitas tajam dapat memicu sell-off instan.
Prediksi Harga & Proyeksi
- Resistance utama berada di US$ 124.850. Bila tertembus, sasaran berikutnya adalah US$ 130.000 (~Rp 2,15 miliar).
- Di sisi bawah, support kritis berada di US$ 119.500. Jika gagal dipertahankan, risiko koreksi jangka pendek muncul.
- Pola inverse head and shoulders membuka skenario target di US$ 147.700, meski potensi koreksi terlebih dahulu disebut wajar dalam fluktuasi pasar.
Pola teknis yang terbentuk dan data on-chain memberi sinyal potensi kenaikan spektakuler, namun pasar juga menghadapi potensi koreksi mendadak jika salah satu faktor utama gagal berjalan sesuai ekspektasi.
Dengan perhatian dunia kripto tertuju pada fase ini, investor dan pengamat dipaksa bersiap, apakah Bitcoin akan melesat ke rekor baru atau mengalami koreksi tajam terlebih dahulu?