Writer: Raodatul - Senin, 29 Desember 2025 11:29:34
FYPMedia.id - Musim liburan Natal dan Tahun Baru selalu menjadi momen yang dinantikan banyak keluarga. Kesempatan beristirahat, berkumpul, dan melepas penat sering kali dimanfaatkan untuk bepergian ke luar kota atau bahkan ke destinasi wisata favorit.
Namun di balik euforia tersebut, ada satu risiko klasik yang kerap menghantui setelah liburan usai: dompet menipis dan keuangan berantakan.
Tak sedikit keluarga yang baru menyadari dampak finansial liburan setelah kembali ke rutinitas harian. Tagihan menumpuk, saldo menurun drastis, bahkan terpaksa mengorbankan tabungan atau dana darurat.
Padahal, liburan yang menyenangkan tidak selalu identik dengan pengeluaran besar. Dengan strategi yang tepat, liburan tetap bisa dinikmati tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui akun resmi edukasi keuangan @sikapiuangmu mengingatkan pentingnya perencanaan anggaran liburan yang sehat.
Prinsip utama yang ditekankan adalah perencanaan matang, pengendalian diri, serta tujuan keuangan yang jelas agar liburan tidak berubah menjadi beban finansial jangka panjang.
Liburan Sehat Dimulai dari Tujuan Keuangan yang Jelas
Langkah pertama dalam mengatur budget liburan adalah menempatkan liburan sebagai tujuan keuangan khusus, baik jangka pendek maupun menengah.
Artinya, dana liburan tidak boleh dicampur dengan pos keuangan lain seperti kebutuhan pokok, tabungan pendidikan, atau dana proteksi.
OJK menekankan bahwa anggaran liburan idealnya dikumpulkan sejak jauh hari dalam pos tersendiri.
Dengan cara ini, keluarga memiliki batas pengeluaran yang jelas serta waktu pencapaian yang terukur. Prinsip ini membantu menghindari kebiasaan belanja impulsif saat musim liburan tiba.
Menjadikan liburan sebagai tujuan keuangan juga melatih disiplin finansial. Keluarga akan lebih bijak menentukan destinasi, durasi perjalanan, hingga aktivitas wisata yang sesuai dengan kemampuan keuangan.
Baca Juga: 10 Tips Tetap Produktif Selama Liburan Semester bagi Mahasiswa
Susun Anggaran Liburan Secara Detail dan Realistis
Kesalahan umum saat liburan adalah hanya memperkirakan biaya besar, seperti tiket transportasi atau hotel, tanpa memperhitungkan pengeluaran kecil yang jika dijumlahkan bisa membengkak. Karena itu, anggaran liburan perlu disusun secara rinci.
Budget liburan sebaiknya dibagi ke dalam beberapa pos utama, mulai dari transportasi, akomodasi, konsumsi, tiket dan aktivitas wisata, hingga oleh-oleh.
Selain itu, pos cadangan biaya tak terduga juga wajib disiapkan untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak.
Dengan pembagian anggaran yang jelas, keluarga dapat mengetahui pos mana yang paling menyerap dana. Jika terjadi pembengkakan biaya, penghematan bisa segera dilakukan tanpa mengganggu keseluruhan rencana liburan.
Jangan Korbankan Arus Kas Bulanan
Liburan yang sehat secara finansial adalah liburan yang tidak mengganggu kewajiban bulanan. Tagihan listrik, cicilan, biaya pendidikan, hingga kebutuhan rumah tangga tetap harus menjadi prioritas utama.
OJK mengingatkan agar anggaran liburan tidak sampai mengorbankan pembayaran rutin atau memaksa keluarga melakukan “gali lubang tutup lubang” setelah liburan. Jika arus kas bulanan terganggu, dampaknya bisa dirasakan berbulan-bulan ke depan.
Prinsip pengelolaan keuangan seperti 50:30:20 bisa menjadi panduan. Sebanyak 50 persen penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk keinginan termasuk liburan, dan 20 persen untuk tabungan serta investasi. Dengan pola ini, liburan tetap bisa dinikmati tanpa merusak keseimbangan keuangan.
Dana Darurat Bukan untuk Liburan
Salah satu kesalahan fatal dalam mengatur keuangan liburan adalah menggunakan dana darurat. Padahal, dana darurat disiapkan untuk kondisi genting seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kejadian tak terduga lainnya.
OJK menegaskan bahwa dana liburan seharusnya berasal dari tabungan rencana yang memang disiapkan khusus. Menggunakan dana darurat untuk liburan berisiko tinggi karena melemahkan perlindungan finansial keluarga.
Lebih berbahaya lagi jika liburan dibiayai dengan utang konsumtif, baik melalui kartu kredit maupun pinjaman online. Beban cicilan setelah liburan justru bisa menimbulkan stres finansial yang berkepanjangan.
Baca Juga: 5 Tips Cerdas Gunakan AI Rencana Liburan Tanpa Boncos & Jebakan
Waspadai Promo dan Flash Sale Liburan
Musim liburan identik dengan banjir promo, diskon, dan flash sale dari berbagai platform perjalanan maupun e-commerce. Meski tampak menggiurkan, tidak semua promo benar-benar menguntungkan.
Sikap kritis sangat dibutuhkan agar tidak terjebak “lapar diskon”. Sebelum membeli, pastikan layanan atau produk tersebut memang dibutuhkan dan sesuai dengan anggaran yang telah disusun. Promo yang tidak direncanakan justru berpotensi membuat pengeluaran melampaui batas.
Manfaatkan Liburan Low Budget yang Tetap Berkualitas
Liburan tidak harus mahal untuk terasa menyenangkan. Banyak aktivitas low budget yang tetap memberi pengalaman berharga, seperti piknik di taman kota, bersepeda, hiking ringan, atau mengunjungi museum gratis.
Bagi keluarga, kualitas kebersamaan sering kali jauh lebih penting daripada destinasi mahal. Aktivitas sederhana namun direncanakan dengan baik justru bisa meninggalkan kesan mendalam tanpa membebani keuangan.
Catat dan Evaluasi Pengeluaran Selama Liburan
Mencatat pengeluaran selama liburan sering dianggap merepotkan, padahal langkah ini sangat efektif menjaga anggaran tetap terkendali.
Dengan mencatat pengeluaran harian, keluarga dapat langsung mengetahui jika biaya mulai mendekati batas maksimal.
Setelah liburan selesai, evaluasi keuangan menjadi langkah penting berikutnya. Apakah pengeluaran sesuai rencana atau justru overbudget? Evaluasi ini akan sangat berguna untuk menyusun strategi liburan berikutnya agar lebih matang dan efisien.
Liburan Bahagia Tanpa Cemas Finansial
Euforia liburan seharusnya tidak dibayar dengan kecemasan finansial setelahnya. Dengan perencanaan matang, pengendalian diri, serta disiplin dalam mengelola anggaran, liburan bisa menjadi momen bahagia tanpa meninggalkan luka di dompet.
Seperti diingatkan OJK, liburan yang cerdas bukan soal seberapa jauh perjalanan, melainkan seberapa bijak mengelola keuangan.
Dengan strategi yang tepat, keluarga bisa menikmati liburan dengan tenang, aman, dan tetap menjaga masa depan finansial tetap stabil.