FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI Masih Belum Terimunisasi, Ini Faktornya

News

Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI Masih Belum Terimunisasi, Ini Faktornya

Writer: fypmedia - Jumat, 17 Oktober 2025

Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI Masih Belum Terimunisasi, Ini Faktornya

FYPMedia.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI kembali memperingatkan kondisi imunisasi anak di Indonesia yang masih memprihatinkan. Data terbaru menunjukkan, sekitar 836.789 anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau disebut zero-dose pada tahun 2025.

Meski terjadi penurunan dibandingkan tahun 2024 yang mencatat 973.378 kasus, angka ini tetap jauh lebih tinggi daripada tahun 2023 dengan 372.965 anak yang belum menerima imunisasi.

Kondisi ini menjadi sorotan serius mengingat imunisasi rutin berperan penting dalam mencegah penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin (PD3I) serta menekan risiko wabah atau kejadian luar biasa (KLB).

"Saat ini kita menduduki peringkat keenam, di dunia untuk negara yang jumlah anaknya belum mendapatkan imunisasi," ujar Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine, saat ditemui awak media di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).

Banyak KLB Terjadi karena Kekurangan Imunisasi

Prima Yosephine menambahkan, sepanjang tahun 2025 hingga pekan ke-36, Indonesia telah mencatat ratusan KLB. Data Kemenkes mencatat:

  • 66 KLB campak pasti di 52 kabupaten/kota
  • 198 KLB pertusis di 133 kabupaten/kota
  • 57 KLB difteri di 50 kabupaten/kota
Ia menekankan, kelengkapan imunisasi anak harus terus dikejar. "Kalau anak sudah terlanjur terkena penyakit PD3I, maka penanganannya akan lebih berat. Terlebih, ada risiko penyebaran yang lebih luas," katanya.

"Kalau kena ya bisa menularkan kepada anak-anak lain di sekitarnya. Kalau anak-anak yang nggak diimunisasi berkumpul di satu tempat, tentu nggak terbentuk kekebalan kelompoknya. Oleh karena itu, tempat daerah itu akan sangat mungkin atau mendapat kejadian luar biasa, wabah dalam konteks kecil, tapi itu sudah wabah," sambungnya.

Baca Juga: 6 Bahaya Media Sosial yang Mengintai Anak dan Remaja

Faktor Zero-Dose: Vaccine Hesitancy Masih Tinggi

Salah satu faktor utama tingginya angka zero-dose adalah keraguan masyarakat terhadap vaksinasi.

Meski edukasi tentang pentingnya imunisasi terus digencarkan, masih banyak orang tua yang takut dengan efek samping, ragu dengan manfaat vaksin, atau kesulitan akses.

Berdasarkan survei UNICEF Nielsen 2023, 12 persen orang tua takut efek samping, sehingga enggan membawa anak ke fasilitas kesehatan. Faktor lain termasuk:

  • Takut disuntik lebih dari satu kali
  • Jadwal imunisasi yang tidak sesuai
  • Tidak memiliki biaya transportasi
  • Akses layanan imunisasi sulit dijangkau
  • Merasa imunisasi tidak bermanfaat
"Adanya keraguan vaccine hesitancy masyarakat. Karena mereka bingung di satu pihak mereka mendapat kabar pentingnya imunisasi, tapi di lain pihak, gencar juga orang-orang yang menyuarakan 'hati-hati dengan imunisasi', 'yakin imunisasi bikin sehat?'. Kita perlu bergandengan tangan untuk bisa membuat keraguan di masyarakat ini berubah menjadi kepastian," tegas Prima.

Keraguan ini menunjukkan perlunya kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan media untuk mengubah keraguan menjadi kepastian, serta mendorong orang tua untuk memenuhi jadwal imunisasi anaknya.

5 Wilayah dengan Angka Zero-Dose Tertinggi

Data Kemenkes menunjukkan, lima provinsi dengan jumlah anak zero-dose terbanyak adalah:

  1. Jawa Tengah – 158.941 anak
  2. Jawa Timur – 79.973 anak
  3. Sumatera Utara – 66.886 anak
  4. Jawa Barat – 55.936 anak
  5. Lampung – 41.169 anak
Wilayah-wilayah ini menjadi prioritas intervensi imunisasi karena risiko terjadinya wabah penyakit menular tinggi bila angka zero-dose tidak segera ditekan.

Dampak Tingginya Zero-Dose bagi Anak dan Masyarakat

Angka zero-dose yang tinggi bukan hanya mengancam kesehatan individu anak, tetapi juga kesehatan masyarakat luas.

Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin berisiko lebih tinggi mengalami:

  • Penyakit menular serius seperti campak, difteri, dan pertusis
  • Komplikasi kesehatan yang lebih berat
  • Kematian dini pada kasus ekstrem
Baca Juga: 7 Jajanan Tradisional Indonesia Bebas Gluten: Lezat, Sehat, dan Penuh Peluang Bisnis

Selain itu, kekebalan kelompok (herd immunity) sulit terbentuk bila anak-anak zero-dose berkumpul di sekolah, panti asuhan, atau tempat umum. Akibatnya, wabah lokal bisa muncul secara cepat, bahkan di wilayah yang sebelumnya aman.

Upaya Kemenkes Mengurangi Zero-Dose

Kemenkes terus mengintensifkan imunisasi melalui berbagai strategi:

1. Peningkatan edukasi dan literasi imunisasi

  • Menyasar orang tua, guru, kader posyandu, dan tokoh masyarakat
  • Mengedukasi tentang pentingnya imunisasi lengkap dan tepat waktu
2. Akses layanan imunisasi yang lebih mudah

  • Puskesmas keliling dan posyandu di desa-desa terpencil
  • Pemberian imunisasi saat kegiatan sekolah atau kegiatan komunitas
3. Pemantauan dan data real-time

  • Sistem informasi imunisasi digital untuk memantau cakupan imunisasi anak
  • Identifikasi anak yang belum menerima vaksin untuk intervensi cepat
4. Kolaborasi lintas sektor

  • Pemerintah daerah, NGO, dan organisasi internasional seperti UNICEF bekerja sama mendorong vaksinasi
  • Kampanye media sosial untuk mengurangi vaccine hesitancy
"Kami harus memastikan tidak ada anak yang tertinggal. Imunisasi bukan hanya tentang anak itu sendiri, tapi juga perlindungan bagi seluruh masyarakat,” kata Prima Yosephine.

Peran Orang Tua dalam Pencegahan Zero-Dose

Selain program pemerintah, kesadaran orang tua menjadi kunci utama menekan angka zero-dose. Orang tua perlu memahami bahwa:

  • Imunisasi lengkap melindungi anak dari penyakit serius
  • Jadwal imunisasi tidak bisa diabaikan
  • Akses layanan kesehatan dapat dimanfaatkan secara maksimal
Dengan pemahaman ini, anak-anak Indonesia memiliki kesempatan lebih besar untuk tumbuh sehat dan mengurangi risiko wabah penyakit menular.

Kesimpulan

Meski angka zero-dose di Indonesia menurun dibandingkan tahun sebelumnya, lebih dari 800 ribu anak masih belum mendapatkan imunisasi sama sekali.

Data ini menunjukkan tantangan besar bagi program imunisasi nasional, terutama di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Lampung.

Kemenkes menekankan perlunya:

  • Edukasi yang tepat untuk mengurangi vaccine hesitancy
  • Akses imunisasi yang mudah dijangkau
  • Kolaborasi lintas sektor untuk memaksimalkan cakupan imunisasi
Dengan upaya bersama, diharapkan anak-anak Indonesia dapat terlindungi sepenuhnya, angka zero-dose turun drastis, dan Indonesia mampu membangun generasi sehat yang produktif untuk masa depan.

Tags:

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us