Writer: fypmedia - Rabu, 22 Oktober 2025
FYPMedia.id - Investor legendaris Indonesia, Lo Kheng Hong, kembali menunjukkan aksi agresif di pasar saham dengan menambah kepemilikan di PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Berdasarkan laporan kepemilikan efek dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 17 Oktober 2025, Lo tercatat memborong sebanyak 2,19 juta lembar saham ABMM, menjadikannya salah satu investor yang terus menguatkan posisi di emiten kontraktor batu bara ini.
Dengan transaksi tersebut, total kepemilikan saham Lo Kheng Hong di ABMM kini mencapai 153,5 juta lembar atau setara 5,58% dari total saham perseroan, naik dari sebelumnya 151,3 juta lembar atau 5,50%.
Aksi pembelian saham ini menegaskan strategi investasi Lo, yang kerap dibandingkan dengan Warren Buffett karena pendekatan value investing dan kesabarannya menunggu momentum terbaik.
Sekuritas Terkemuka Fasilitasi Pembelian
Sejumlah sekuritas terkemuka memfasilitasi aksi beli Lo Kheng Hong, antara lain Mandiri Sekuritas, Ekokapital Sekuritas, PT Anugerah Sekuritas Indonesia, PT RHB Sekuritas Indonesia, PT OCBC Sekuritas Indonesia, PT Korea Investment And Sekuritas Indonesia, PT Pluang Maju Sejahtera, PT Sinarmas Sekuritas, PT MNC Sekuritas, PT Panin Sekuritas, dan PT BCA Sekuritas.
Keikutsertaan banyak sekuritas ini menunjukkan antusiasme pasar terhadap saham ABMM pasca aksi beli investor kawakan tersebut.
Seiring dengan berita pembelian saham ini, harga saham ABMM mengalami kenaikan signifikan 2,97% ke level Rp2.770 per lembar, sementara kapitalisasi pasar perseroan kini menembus Rp7,63 triliun.
Lonjakan harga saham ABMM ini mencerminkan sentimen positif dari aksi beli Lo Kheng Hong dan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Alasan Lo Kheng Hong Borong Saham ABMM
Ketika ditanya mengenai alasan di balik aksi agresifnya membeli saham ABMM, Lo Kheng Hong menjelaskan fokusnya pada profitabilitas perusahaan.
"Saya tambah beli saham ABMM, karena laba ABMM lebih besar dari laba BREN yang kapitalisasi pasarnya Rp1.080 triliun,†ujar Lo kepada CNBC Indonesia pada Rabu (7/8/2024).
Menurut data keuangan, ABMM berhasil mencatat laba kuartal I-2024 sebesar Rp802 miliar, lebih tinggi dibandingkan laba PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang hanya mencapai Rp457 miliar.
Hal ini membuat Lo Kheng Hong semakin yakin untuk meningkatkan kepemilikannya, mengingat kapitalisasi pasar ABMM jauh lebih kecil dibanding BREN.
Struktur Kepemilikan Saham ABMM
Selain fokus pada laba perusahaan, struktur kepemilikan saham ABMM juga menarik perhatian investor.
Berdasarkan data per 30 September 2025, pemegang saham mayoritas ABMM masih dipegang PT Tiara Marga Trakindo dengan porsi 53,55%, diikuti Valle Verde Pte Ltd 25,51%, dan publik 15,17%.
Secara keseluruhan, ABMM memiliki 2,75 miliar saham yang beredar di pasar.
Kinerja Keuangan ABMM Semester I-2025
Meskipun ada aksi beli saham yang cukup besar dari Lo Kheng Hong, kinerja keuangan ABMM pada semester I-2025 mencatatkan penyusutan laba bersih yang signifikan.
Laporan keuangan per 30 Juni 2025 mencatatkan laba bersih sebesar US$27,74 juta atau setara Rp450,04 miliar, turun 69,59% dibandingkan periode sama tahun 2024 yang mencapai US$91,24 juta (Rp1,48 triliun).
Penurunan laba ini sejalan dengan turunnya pendapatan ABMM dari kontrak pelanggan yang mencapai US$506,89 juta, turun 11,68% dari periode sebelumnya US$573,90 juta.
Diversifikasi Pendapatan dan Pelanggan ABMM
Pendapatan ABMM terbagi menjadi beberapa segmen. Pendapatan dari kontraktor tambang dan tambang batu bara tercatat US$363,17 juta, sementara jasa logistik dan sewa kapal menyumbang US$65,75 juta.
Divisi site services dan repabrikasi memberikan kontribusi US$25,29 juta, sedangkan sewa mesin pembangkit tenaga listrik menyumbang US$130,66 ribu.
Selain itu, pendapatan dari pabrikasi tercatat US$15,32 juta dan perdagangan bahan bakar senilai US$37,20 juta.
Dari sisi pelanggan, tiga klien utama ABMM memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perseroan.
PT Borneo Indobara menyumbang US$131,11 juta atau setara 25,87% dari total pendapatan, PT Binuang Mitra Bersama Blok Dua sebesar US$107,03 juta (21,12%), dan PT Multi Harapan Utama US$56,22 juta (13,81%).
Dengan diversifikasi pelanggan yang cukup baik, ABMM tetap memiliki pondasi yang stabil meski menghadapi tekanan pendapatan pada semester I-2025.