Writer: fypmedia - Jumat, 31 Oktober 2025
FYPMedia.id - Fenomena baru menghebohkan dunia kesehatan datang dari Jakarta. Untuk pertama kalinya, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan mikroplastik dalam air hujan yang turun di wilayah ibu kota.
Temuan ini memicu keprihatinan luas, sebab partikel plastik berukuran mikroskopis itu ternyata bisa berdampak langsung pada kesehatan kulit dan tubuh manusia.
Tak hanya menjadi ancaman bagi lingkungan, mikroplastik kini memasuki sistem kehidupan sehari-hari — dari udara yang kita hirup, makanan yang kita konsumsi, hingga air hujan yang membasahi wajah dan kulit.
Bahkan, dokter spesialis kulit dr Fransiskus Xaverius Clinton, SpDVE memperingatkan bahwa partikel ini dapat bertindak sebagai alergen yang memicu peradangan kulit.
"Mikroplastik secara keseluruhan dia sebagai alergen. Polusi, mikroplastik, segala macam itu alergen. Terutama kita yang kulitnya itu balik lagi sensitif dan kulitnya sedang nggak bagus,†ujar dr Clinton dalam temu media di Jakarta, Kamis (30/10/2025).
Mikroplastik: Dari Laut, Udara, Kini Turun Bersama Hujan
Menurut hasil riset BRIN, mikroplastik kini telah menjadi bagian dari siklus air global.
Plastik yang hancur di darat atau laut akan terangkat ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan ke permukaan bumi. Proses ini menunjukkan betapa luasnya sebaran polusi plastik di planet kita.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan RI, Aji Muhawarman, menegaskan,
"Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita.â€
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer.
Karena ukurannya yang sangat kecil dan tidak mudah terurai, partikel ini dapat bertahan selama puluhan bahkan ratusan tahun di lingkungan.
Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis:
- Mikroplastik primer, yang sejak awal berukuran kecil, seperti microbeads pada produk kosmetik atau pembersih wajah.
- Mikroplastik sekunder, yang berasal dari pecahan benda plastik besar seperti botol air mineral, kantong plastik, atau jaring nelayan.
Dampak Mikroplastik Bagi Kulit: Pemicu Alergi dan Peradangan
dr Fransiskus Xaverius Clinton menjelaskan bahwa mikroplastik dapat menempel di kulit dan memperburuk kondisi kulit yang sensitif.
Paparan jangka panjang bisa menyebabkan iritasi, peradangan, bahkan memperparah jerawat dan eksim.
"Kalau punya eksim, paparan mikroplastik bisa meng-enhance atau memperparah inflamasi,†kata dr Clinton.
Hal ini terjadi karena mikroplastik membawa partikel kimia berbahaya, termasuk phthalates dan bisphenol A (BPA), yang diketahui dapat mengganggu fungsi hormon dan sistem kekebalan tubuh.
Saat menempel di kulit, zat ini dapat memicu reaksi alergi dan gangguan mikrobioma kulit, lapisan pelindung alami yang berperan penting menjaga kelembapan dan daya tahan kulit.
"Polusi dan radikal bebas itu berhubungan. Jadi yang utama adalah antioksidan,†tambah dr Clinton.
Ia menekankan pentingnya menjaga daya tahan kulit dari dalam, bukan hanya dari luar.
Cara Melindungi Kulit dari Bahaya Mikroplastik
Menurut dr Clinton, pola makan sehat dan kaya antioksidan adalah kunci utama melindungi kulit dari efek negatif mikroplastik.
Antioksidan membantu menetralisir radikal bebas yang timbul akibat polusi dan partikel asing di udara.
Ia menyarankan konsumsi sayuran berdaun hijau seperti bayam dan seledri, yang mengandung anti-inflamasi alami.
Selain itu, membatasi minuman manis juga penting, karena gula berlebih dapat memperlambat proses penyembuhan kulit yang meradang.
"Dengan mengurangi gula, makan sehat, dan melindungi mikrobioma kulit, kondisi kulit akan jauh lebih baik,†ujarnya.
Selain pola makan, dr Clinton menegaskan pentingnya perawatan kulit dasar seperti membersihkan wajah setelah aktivitas luar ruangan, menggunakan tabir surya dan pelembap pelindung kulit, serta menghindari produk kosmetik yang mengandung microbeads.
Baca Juga: Fakta Mengejutkan! Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Picu Stroke & Jantung
Tak Hanya Kulit, Mikroplastik Juga Bisa Masuk ke Dalam Tubuh
Temuan BRIN tentang mikroplastik di air hujan memperluas kekhawatiran terhadap dampaknya bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur utama — makanan dan udara.
Menurut berbagai penelitian, manusia bisa menelan mikroplastik melalui air minum dalam kemasan, garam laut, dan seafood.
Sementara dari udara, partikel plastik bisa terhirup karena berasal dari serat sintetis pakaian, debu kota, dan residu polusi.
Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dalam jangka panjang berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh.
Bahan kimia yang menempel pada partikel plastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.
Meski begitu, para ahli menegaskan belum ada bukti ilmiah kuat bahwa mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu.
Namun, peneliti terus memantau kemungkinan efek jangka panjang terhadap organ vital manusia.
Langkah Pencegahan: Kecil Tapi Berdampak Besar
Kepala Biro Komunikasi Kemenkes, Aji Muhawarman, mengingatkan masyarakat agar tidak panik, melainkan lebih waspada dan bijak dalam menggunakan plastik.
"Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,†jelasnya.
Selain itu, Aji juga mengimbau masyarakat untuk:
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,
- Membawa botol minum isi ulang,
- Menggunakan tas belanja kain atau non-plastik, dan
- Ikut memilah sampah rumah tangga.
Fenomena Mikroplastik Jadi Alarm bagi Dunia Medis dan Lingkungan
Kehadiran mikroplastik di air hujan menjadi peringatan keras bagi dunia medis, ilmuwan, dan masyarakat global.
Tak hanya mengancam laut atau udara, kini partikel plastik sudah menembus atmosfer dan turun langsung ke kulit manusia.
Para ahli menilai, fenomena ini menggambarkan betapa luas dan dalamnya dampak pencemaran plastik terhadap kehidupan manusia.
Bila tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin mikroplastik akan menjadi "polutan abadi†yang sulit dihindari dalam setiap aspek kehidupan.