Writer: fypmedia - Rabu, 05 November 2025
FYPMedia.id — Sebuah studi terbaru mengungkapkan fakta mencengangkan: gangguan tidur seperti sleep apnea obstruktif bisa menjadi bom waktu bagi kesehatan otak.
Kondisi ini terbukti dapat memicu mikroperdarahan di otak, yang berujung meningkatkan risiko stroke, demensia, hingga Alzheimer di kemudian hari.
Temuan ini memperkuat bukti bahwa kebiasaan tidur bukan hanya soal istirahat, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap fungsi kognitif dan kesehatan jangka panjang otak manusia.
Sleep Apnea: Penyebab Tersembunyi di Balik Risiko Stroke dan Pikun
Sleep apnea obstruktif adalah gangguan tidur serius yang menyebabkan saluran napas tersumbat sementara selama seseorang terlelap.
Akibatnya, oksigen ke otak terganggu, menyebabkan jantung dan otak bekerja lebih keras dari seharusnya.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open, peneliti menemukan adanya hubungan signifikan antara sleep apnea obstruktif dengan mikroperdarahan otak — pendarahan kecil yang dapat merusak jaringan otak secara perlahan tanpa disadari.
"Mikroperdarahan otak merupakan temuan umum pada otak yang menua,†jelas Jonathan Graff-Radford, profesor neurologi di Mayo Clinic College of Medicine, Rochester, Minnesota.
"Apa pun yang meningkatkan mikroperdarahan relevan dengan penuaan otak,†tambahnya.
Mikroperdarahan otak, meski terlihat kecil, bisa menjadi pemicu awal terjadinya stroke dan penurunan daya ingat di masa tua.
Menurut Graff-Radford, semakin banyak jumlah mikroperdarahan yang terjadi, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami gangguan kognitif permanen.
Baca Juga: 5 Fakta Mengejutkan: Tidur dengan Lampu Menyala Bisa Naikkan Risiko Penyakit Jantung hingga 56%
Kebiasaan Tidur yang Jadi Tanda Bahaya
Ciri-ciri sleep apnea sering kali diabaikan karena dianggap hal biasa. Padahal, kebiasaan tidur tertentu bisa menjadi indikasi awal gangguan pernapasan saat tidur yang perlu diwaspadai.
Beberapa tanda umum sleep apnea meliputi:
- Mendengkur keras dan berat, disertai jeda napas panjang.
- Tersedak atau terengah-engah saat tidur.
- Keringat malam berlebih, yang dialami sekitar 30% penderita sleep apnea.
- Sering terbangun di malam hari, minimal dua kali setiap malam.
- Menggertakkan gigi tanpa sadar.
- Sakit kepala saat bangun pagi.
- Mengantuk berlebihan di siang hari dan sulit berkonsentrasi.
"Keringat malam juga bisa menjadi tanda sleep apnea, karena penelitian menunjukkan sekitar 30 persen pengidap sleep apnea obstruktif melaporkan gejala tersebut,†tulis laporan penelitian tersebut.
Dampak Sleep Apnea: Dari Otak Lemah hingga Alzheimer
Sleep apnea bukan hanya menyebabkan rasa kantuk atau gangguan tidur. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menimbulkan efek ganda yang merusak otak.
Menurut Dr. Rudy Tanzi, profesor neurologi di Harvard Medical School, gangguan tidur ini berhubungan langsung dengan penyakit degeneratif otak seperti Alzheimer.
"Jangan abaikan. Lakukan sesuatu," katanya.
"Ini bukan hanya risiko langsung berupa pendarahan di kemudian hari, tetapi juga risiko penyakit Alzheimer di kemudian hari.â€
Ia menambahkan, tidak mengatasi sleep apnea adalah pukulan ganda: otak tidak mendapat istirahat yang cukup, sementara suplai oksigen berkurang, memicu stres oksidatif yang mempercepat penuaan otak.
Hubungan Sleep Apnea dengan Stroke dan Demensia
Studi ini memperkuat penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa stroke dan demensia memiliki hubungan erat.
Mikroperdarahan akibat sleep apnea dapat menghambat aliran darah ke otak, yang dalam jangka panjang menimbulkan kerusakan saraf dan penurunan fungsi memori.
Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terhenti, menyebabkan sel-sel otak mati hanya dalam hitungan menit.
Sedangkan demensia vaskular, salah satu bentuk demensia yang paling umum, disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak akibat gangguan sirkulasi tersebut.
Mayo Clinic menjelaskan bahwa sekitar 20% penderita stroke akan mengalami demensia dalam waktu enam bulan pasca kejadian.
Risiko meningkat bila stroke terjadi berulang atau melibatkan area otak yang mengatur daya ingat.
Bahkan, silent stroke — stroke kecil tanpa gejala — pun dapat menjadi penyebab diam-diam munculnya pikun atau penurunan daya pikir yang parah di usia lanjut.
Mekanisme Bahaya: Dari Gangguan Napas ke Kerusakan Otak
Bagaimana sleep apnea bisa menyebabkan perdarahan di otak?
Setiap kali napas terhenti saat tidur, kadar oksigen darah turun drastis. Otak yang kekurangan oksigen bereaksi dengan meningkatkan tekanan darah agar aliran darah tetap stabil.
Namun, lonjakan tekanan ini menyebabkan pembuluh darah kecil di otak pecah atau rusak.
Akibatnya, terjadi mikroperdarahan otak, kondisi yang tidak langsung terlihat, tetapi lama-kelamaan mengganggu fungsi kognitif dan memicu pikun dini (early dementia).
Gangguan ini bahkan dapat memperburuk risiko stroke iskemik maupun hemoragik, dua jenis stroke yang paling sering ditemukan pada usia di atas 40 tahun.
Baca Juga: 5 Makanan Berbahaya yang Bisa Percepat Pikun dan Picu Demensia
Cara Mencegah dan Mengobati Sleep Apnea
Meski berbahaya, sleep apnea dapat diatasi dengan berbagai cara medis maupun gaya hidup sehat.
Menurut Dr. Tanzi, pasien bisa melakukan skrining apnea tidur sebagai langkah awal diagnosis.
Beberapa metode pengobatan yang terbukti efektif antara lain:
- Menggunakan alat bantu oral untuk menjaga tenggorokan tetap terbuka.
- Terapi CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), alat bantu napas yang menjaga aliran udara stabil sepanjang malam.
- Menurunkan berat badan jika obesitas menjadi penyebab penyumbatan.
- Menghindari alkohol dan rokok yang memperlemah otot tenggorokan.
- Operasi jika penyumbatan disebabkan oleh kelainan anatomi.
"Studi ini memiliki metodologi yang kuat dan seharusnya menekankan pentingnya skrining sleep apnea bagi dokter dan pengobatan bagi pasien,†kata Tanzi.
Tidur Sehat, Otak Panjang Umur
Para ahli sepakat bahwa menjaga kualitas tidur sama pentingnya dengan menjaga pola makan dan olahraga.
Tidur yang buruk mempercepat penuaan otak, menurunkan produktivitas, dan meningkatkan risiko penyakit degeneratif di masa depan.
Jika kamu sering mendengkur keras, bangun dengan rasa lelah, atau sering mengantuk di siang hari, jangan anggap enteng.
Bisa jadi itu tanda awal sleep apnea — gangguan tidur yang diam-diam merusak otak.
Dengan perawatan yang tepat, pola hidup sehat, dan kesadaran dini, risiko stroke, demensia, dan alzheimer dapat ditekan secara signifikan.
Karena tidur bukan sekadar istirahat, tapi investasi jangka panjang untuk otak yang sehat dan awet muda.