Writer: Astriyani Sijabat - Senin, 27 Oktober 2025
FYP Media.id - Di tengah krisis iklim global dan darurat sampah plastik, dunia terus berlomba menciptakan inovasi hijau untuk menyelamatkan bumi. Tahun 2025 menjadi saksi dua gebrakan besar dalam dunia pengolahan limbah dan energi terbarukan.
Bayangkan, tisu toilet bekas diubah menjadi detergen ramah lingkungan, dan minyak goreng bekas disulap jadi kemasan makanan ringan. Dua ide yang terdengar mustahil, kini menjadi kenyataan — berkat sains, teknologi, dan semangat menuju masa depan berkelanjutan.
Berikut kisah luar biasa di balik dua proyek daur ulang paling menarik di dunia tahun ini.
Dari Tisu Toilet Bekas Jadi Gula, Lalu Menjadi Detergen Ramah Lingkungan
Sebuah inovasi menakjubkan datang dari Inggris. Perusahaan pengelola air United Utilities di fasilitas pengolahan limbah Blackburn berhasil menemukan cara mengubah tisu toilet bekas menjadi glukosa alami — bahan dasar untuk pembuatan biofuel, bioplastik, dan detergen ramah lingkungan.
Proses yang digunakan bernama Cellvation, dikembangkan pertama kali di Belanda. Teknologi ini menyaring, memadatkan, dan mengolah kertas toilet bekas yang biasanya hanya berakhir di saluran pembuangan. Setelah itu, limbah tersebut dicampur enzim dan bahan kimia tertentu, lalu dipanaskan selama dua hari untuk memecah selulosa menjadi glukosa murni.
Meski bahan dasarnya terdengar menjijikkan, hasil akhirnya benar-benar bersih dan aman — serta tidak digunakan dalam rantai makanan, melainkan untuk industri ramah lingkungan.
Lisa Mansell, Kepala Insinyur Inovasi dan Karbon United Utilities, mengatakan bahwa potensi bahan baku ini sangat besar:
"Dengan lebih dari 200 ribu tisu toilet bekas yang mengalir ke instalasi kami setiap hari, kami memiliki sumber bahan mentah yang sangat melimpah,†ungkapnya, dikutip dari BBC (2 Oktober 2025).
Ia menambahkan, biopolimer seperti glukosa dapat dimanfaatkan untuk membuat biofuel, bioplastik, hingga detergen berkelanjutan.
Dengan kata lain, limbah sehari-hari yang selama ini dianggap menjijikkan, kini justru menjadi sumber energi bersih dan peluang ekonomi baru.
Dari Limbah Menjadi Energi: Masa Depan Industri Hijau
Proyek Cellvation bukan sekadar daur ulang biasa — ini adalah bagian dari visi besar untuk mengubah fasilitas pengolahan limbah menjadi pabrik energi masa depan.
United Utilities juga tengah meneliti cara mengekstraksi biopolimer dari lumpur limbah, yang berpotensi mengurangi emisi karbon sektor air hingga puluhan persen.
Jika berhasil diterapkan secara massal, teknologi ini bisa membantu Inggris mencapai target net-zero emission lebih cepat dari perkiraan.
Selain itu, pendekatan ini juga menginspirasi banyak negara lain untuk mulai melihat limbah bukan sebagai sampah, tapi sebagai sumber daya bernilai tinggi.
Di Australia, Minyak Jelantah Disulap Jadi Plastik Kemasan Camilan
Sementara itu di belahan dunia lain, Australia juga mencatat sejarah baru dalam dunia daur ulang.
Perusahaan makanan ringan Snackbrands Australia — produsen Thins, CCs, dan Cheezles — bekerja sama dengan Viva Energy untuk mengubah minyak goreng bekas menjadi bahan utama plastik kemasan makanan.
Dilansir dari ABC News (22 September 2025), proyek perintis ini dijalankan di kilang Viva Energy Geelong, yang biasanya memproduksi plastik dari bahan bakar fosil.
Dalam uji coba awal, sekitar 120 ton minyak jelantah dikirim dari fasilitas Snackbrands di Sydney ke Geelong untuk diolah menjadi bio-plastik ramah pangan.
Hasilnya sungguh luar biasa: dari minyak jelantah itu dihasilkan 100 ton plastik lunak yang kemudian digunakan untuk memproduksi 15 juta bungkus makanan ringan.
Proyek ini menjadi yang pertama di Australia dan mampu mengurangi emisi karbon hingga 70% dibandingkan dengan plastik berbasis minyak mentah.
Kemasan Ramah Lingkungan, Langkah Kecil dengan Dampak Besar
Proses daur ulang minyak jelantah menjadi plastik ini menggunakan pemanasan dan pemrosesan kimia yang menghasilkan pelet bio-plastik berkualitas pangan.
Artinya, plastik hasil daur ulang ini aman digunakan untuk kemasan makanan, tanpa meninggalkan residu berbahaya.
Tracey Seager, Direktur Inovasi dan Keberlanjutan Snackbrands Australia, mengatakan:
"Yang paling menarik dari penggunaan minyak goreng bekas adalah artinya, semua yang kami kirim ke pabrik tidak lagi berakhir di tempat pembuangan. Kami mengimpor lebih sedikit minyak mentah, dan itu berarti lebih sedikit kapal tanker yang datang ke pelabuhan Australia.â€
Snackbrands berencana meluncurkan produk dengan kemasan bio-plastik ini ke pasar tahun depan (2026). Jika sukses, langkah ini dapat memicu revolusi industri kemasan ramah lingkungan di seluruh dunia.
Tantangan Besar: Daur Ulang Setelah Pemakaian
Meski menjanjikan, inovasi ini tidak tanpa tantangan.
Plastik berbahan minyak goreng bekas belum bisa sepenuhnya didaur ulang kembali setelah digunakan. Saat ini, sebagian besar kemasan ini masih berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Namun, Viva Energy sedang menguji teknologi baru bernama pirolisis plastik — proses pemanasan suhu tinggi untuk mengembalikan plastik menjadi minyak.
Jika berhasil, daur ulang bisa berlangsung tanpa batas, menciptakan sistem circular economy (ekonomi sirkular) yang ideal.
James Harrington, Manajer Komersial Viva Energy, mengatakan,
"Kami sedang mencari cara agar kemasan ini bisa dibuang melalui jalur daur ulang biasa, atau bahkan dikembalikan ke toko. Tujuannya, agar setiap kemasan punya kehidupan kedua.â€
Harrington menambahkan, sejauh ini tidak ditemukan dampak buruk terhadap lingkungan, dan pihaknya berharap pemerintah ikut mendukung proyek ini dengan regulasi dan insentif berkelanjutan.
Limbah Bukan Musuh, Tapi Aset Masa Depan
Dua inovasi ini — dari tisu toilet bekas di Inggris hingga minyak jelantah di Australia — memperlihatkan bahwa limbah bisa menjadi aset berharga jika diolah dengan cerdas.
Yang dibutuhkan hanyalah visi, teknologi, dan kemauan untuk berubah.
Bayangkan jika teknologi seperti ini diterapkan secara global:
-
Tisu bekas menghasilkan biofuel dan detergen ramah lingkungan.
-
Minyak goreng bekas menjadi kemasan makanan yang aman dan bisa didaur ulang.
-
Emisi karbon berkurang drastis, dan bumi pun bisa bernapas lebih lega.
Menuju Dunia Tanpa Limbah
Para pakar menyebut, inovasi seperti ini akan menjadi pondasi utama ekonomi hijau masa depan.
Setiap pabrik, rumah tangga, hingga restoran bisa menjadi bagian dari rantai solusi keberlanjutan — bukan hanya konsumen, tapi juga produsen energi bersih dari limbah mereka sendiri.
Langkah-langkah kecil seperti ini membuktikan bahwa masa depan hijau bukan utopia.
Ia sedang terjadi sekarang, lewat sains, kreativitas, dan kepedulian terhadap bumi.
Kesimpulan: Dari Toilet ke Teknologi, dari Jelantah ke Harapan
Siapa sangka, benda yang dulu kita buang tanpa pikir — tisu toilet dan minyak jelantah — kini menjadi kunci menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Ketika teknologi berpihak pada alam, tidak ada limbah yang sia-sia.
Setiap tetes jelantah, setiap lembar tisu, bisa diubah menjadi energi, plastik ramah lingkungan, dan bahkan produk yang kita gunakan sehari-hari.
Dunia memang sedang berubah — dan mungkin, inilah awal dari revolusi hijau yang sesungguhnya.