Writer: Raodatul - Rabu, 12 November 2025
FYPMedia.id — Raksasa investasi asal Jepang, SoftBank Group Corp, kembali menjadi sorotan global setelah menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Nvidia Corp, produsen chip paling bernilai di dunia asal Amerika Serikat.
Dari langkah strategis ini, SoftBank sukses mengantongi dana sekitar US$ 5,83 miliar atau setara Rp 97,16 triliun (kurs Rp16.666).
Keputusan tersebut menjadi bagian dari strategi besar yang dirancang pendirinya, Masayoshi Son, untuk memperkuat posisi SoftBank di era revolusi kecerdasan buatan (AI).
Penjualan saham Nvidia bukanlah langkah mundur, melainkan batu loncatan untuk ekspansi besar-besaran ke sektor teknologi masa depan, terutama OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT.
“Kami ingin menyediakan banyak peluang investasi bagi investor, sambil tetap mempertahankan kekuatan finansial. Jadi melalui langkah ini, kami memastikan bahwa SoftBank siap untuk pendanaan dengan cara yang sangat aman,” ujar Yoshimitsu Goto, Kepala Keuangan SoftBank, dikutip dari CNBC, Rabu (12/11/2025).
Strategi Monetisasi Aset: Modal Besar Menuju Dominasi AI
Dalam laporan keuangannya, SoftBank menyebut telah melepas 32,1 juta lembar saham Nvidia pada Oktober 2025. Selain itu, perusahaan juga menjual sebagian sahamnya di operator telekomunikasi T-Mobile, senilai US$ 9,17 miliar.
Langkah ini bukan sekadar realisasi keuntungan (profit taking), melainkan strategi untuk mengalihkan aset ke investasi bernilai jangka panjang di bidang AI.
Sumber internal SoftBank mengonfirmasi bahwa sebagian besar dana hasil penjualan akan dialokasikan untuk investasi besar di OpenAI, senilai US$ 22,5 miliar, serta proyek ambisius lainnya.
“Penjualan saham Nvidia dan T-Mobile, ditambah pinjaman margin atas kepemilikan di Arm, merupakan sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai investasi sebesar US$ 22,5 miliar di OpenAI,” ungkap salah satu sumber yang mengetahui detail transaksi tersebut.
Selain untuk OpenAI, sebagian hasil penjualan juga akan digunakan mendanai akuisisi unit robotika ABB serta proyek-proyek berbasis teknologi tinggi lainnya yang sedang digarap SoftBank.
Baca Juga: 10 Cara Cerdas Atur Keuangan agar Tak Bokek Tiap Bulan
Masayoshi Son: Taruhan Besar pada Masa Depan AI dan Chip
Pendiri dan CEO SoftBank, Masayoshi Son, dikenal dengan gaya investasinya yang agresif dan visioner.
Di usia 68 tahun, Son tampak tidak melambat sedikit pun. Ia tengah menyiapkan rangkaian proyek raksasa di bidang AI dan semikonduktor senilai lebih dari US$ 30 miliar (sekitar Rp 487 triliun).
Son bahkan dikabarkan tengah berdiskusi dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) dan sejumlah mitra lain untuk berpartisipasi dalam proyek manufaktur AI senilai US$ 1 triliun di Arizona, AS.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari visinya membangun “AI Empire”, sebuah ekosistem yang menghubungkan chip, data center, dan model AI generatif dalam satu rantai pasok teknologi masa depan.
Tak berhenti di situ, SoftBank juga dikabarkan mempertimbangkan akuisisi perusahaan chip asal AS, Marvell Technology Inc., serta memperluas kepemilikan di Ampere Computing LLC, yang tengah berkembang pesat dalam industri server berbasis AI.
“Menurut pandangan kami, ini seharusnya tidak dipandang sebagai sikap hati-hati atau negatif terhadap Nvidia, melainkan langkah strategis. SoftBank membutuhkan sedikitnya US$ 30,5 miliar modal untuk investasi pada kuartal Oktober–Desember, termasuk US$ 22,5 miliar untuk OpenAI dan US$ 6,5 miliar untuk Ampere,” ujar Rolf Bulk, Analis Riset Ekuitas di New Street Research.
Lompatan Nilai dan Performa Saham yang Fantastis
Keputusan SoftBank untuk menjual saham Nvidia dilakukan setelah nilai saham perusahaan chip itu melonjak lebih dari 200% sepanjang 2025 berkat ledakan permintaan chip AI global.
Sebelumnya, SoftBank sempat memiliki saham Nvidia senilai US$ 3 miliar pada Maret lalu. Kenaikan luar biasa harga saham Nvidia berkontribusi besar terhadap lonjakan laba bersih SoftBank hingga ¥ 2,5 triliun (sekitar US$ 16,2 miliar) pada kuartal kedua tahun fiskal — melampaui jauh perkiraan analis yang hanya ¥ 418 miliar.
Tak hanya mencatatkan rekor laba, SoftBank juga mengumumkan rencana stock split 4 banding 1 yang akan mulai berlaku 1 Januari 2026. Kebijakan ini diharapkan meningkatkan likuiditas saham dan menarik lebih banyak investor ritel global.
OpenAI, Oracle, dan Arm: Portofolio Emas SoftBank
Kini, SoftBank memiliki portofolio emas di sektor AI dan teknologi tinggi melalui anak usahanya. Beberapa nama besar seperti OpenAI, Oracle Corp, dan Arm Holdings menjadi bagian dari jaringan investasinya.
Keberhasilan IPO Arm Holdings pada 2023 menjadi titik balik bagi SoftBank untuk kembali memperoleh momentum setelah periode kerugian akibat investasi di WeWork dan Vision Fund.
Kenaikan harga saham SoftBank bahkan mencapai 78% hanya dalam tiga bulan terakhir hingga September 2025, menjadikannya kinerja terbaik perusahaan sejak 2005.
“Peningkatan hasil investasi SoftBank telah mendorong kami menaikkan target harga saham perusahaan menjadi ¥ 27.100, dengan asumsi valuasi OpenAI di masa depan antara US$ 500 miliar hingga US$ 1 triliun,” kata Keiichi Yoneshima, Analis Senior dari Citigroup.
Tantangan Besar: Modal, Valuasi, dan Risiko Pasar AI
Meski langkah SoftBank mendapat banyak pujian, para analis memperingatkan risiko tinggi dari valuasi perusahaan AI yang terus meroket.
Biaya infrastruktur dan riset yang besar membuat proyek AI berskala global memerlukan belanja modal (capex) masif, sementara kepastian mengenai keuntungan jangka panjangnya masih dipertanyakan.
SoftBank kini harus menjaga keseimbangan antara ekspansi dan stabilitas keuangan, karena investasinya melibatkan dana puluhan miliar dolar di berbagai proyek simultan.
Laporan dari Finimize Research di Smartkarma mencatat, saham SoftBank dulunya dianggap “cara murah” untuk mendapatkan eksposur ke saham Arm dan sektor AI yang sedang naik daun. Namun setelah harga sahamnya melonjak lebih dari dua kali lipat, beberapa analis menilai valuasinya kini mulai terlalu mahal.
“Berdasarkan kondisi saat ini, mungkin ini waktu yang tepat bagi investor untuk menjual dan merealisasikan keuntungan,” tulis laporan Finimize Research.
Kesimpulan: SoftBank Siap Taruhan di Era AI Global
Langkah SoftBank menjual seluruh saham Nvidia menandai babak baru dalam transformasi besar perusahaan menuju dominasi di era kecerdasan buatan.
Dengan dana segar hampir Rp100 triliun, SoftBank kini berada dalam posisi kuat untuk mendanai proyek-proyek ambisius seperti investasi raksasa di OpenAI, pembangunan pusat data Stargate, dan ekspansi manufaktur chip global.
Masayoshi Son tampaknya kembali membuktikan reputasinya sebagai visioner yang berani mengambil risiko besar demi masa depan teknologi.
Meski tantangan di depan tidak kecil, mulai dari volatilitas pasar, persaingan global, hingga risiko overvaluasi AI, SoftBank siap berjudi pada masa depan, dengan keyakinan bahwa AI akan menjadi motor ekonomi dunia berikutnya.