FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Fakta Mengejutkan soal Rencana Pembatasan PUBG Usai Ledakan SMAN 72

News

Fakta Mengejutkan soal Rencana Pembatasan PUBG Usai Ledakan SMAN 72

Writer: Raodatul - Selasa, 11 November 2025

Fakta Mengejutkan soal Rencana Pembatasan PUBG Usai Ledakan SMAN 72

FYPMedia.id - Presiden Prabowo Subianto menyoroti potensi bahaya gim daring (online game) setelah insiden ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara. Salah satu gim yang mendapat sorotan adalah Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) Mobile, permainan tembak-tembakan yang populer di kalangan anak muda. 

Pemerintah tengah mempertimbangkan pembatasan akses terhadap gim dengan unsur kekerasan, demi mencegah pengaruh buruk terhadap remaja.

Langkah ini memunculkan kembali perdebatan mengenai dampak “gaming disorder”, istilah yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menggambarkan kecanduan bermain gim yang dapat mengganggu kesehatan mental dan sosial seseorang.

Psikolog: Anak Kecanduan Game Butuh Pengawasan dan Pendampingan

Psikolog sekaligus grafolog Joice Manurung mengingatkan bahwa anak-anak yang terpapar gim dengan unsur kekerasan berpotensi meniru perilaku agresif yang mereka lihat di layar.

“Kalau game itu ada tanda kutip nuansa agresivitas, kekerasan, anak-anak itu sering mencontoh. Karena di usia remaja dia ingin mendapatkan pengakuan sebagai orang yang hebat,” jelas Joice, dikutip dari Detik.com, Selasa (11/11/2025).

Joice menekankan pentingnya sensor, pendampingan, dan edukasi orang tua. Tanpa itu, anak bisa menganggap tindakan agresif dalam game sebagai sesuatu yang wajar untuk dilakukan di dunia nyata.

Baca Juga: 54 Korban Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Detik-Detik Panik saat Salat Jumat Berlangsung

Gejala Gaming Disorder yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Menurut Joice, “gaming disorder” atau kecanduan game dapat dikenali melalui beberapa tanda yang cukup jelas:

  1. Tidak bisa melepaskan diri dari game. Anak terus memikirkan gim bahkan ketika tidak sedang bermain.
     
  2. Kehilangan minat pada hal lain. Segala fokus dan waktu tercurah untuk gim.
     
  3. Menurunnya fokus belajar dan interaksi sosial. Anak sering menyendiri dan jarang berinteraksi dengan keluarga.
     
  4. Perubahan perilaku. Mudah marah, sering mengantuk di sekolah, dan mengalami gangguan pola makan.

“Bisa ngantukan di sekolah, nggak fokus belajar atau ada unsur emosi yang muncul. Misalnya karena dia kurang tidur (akibat gim) jadi makan tidak teratur, mudah tersinggung, dan mudah marah,” tambah Joice.

WHO: Kecanduan Game Resmi Diakui Sebagai Gangguan Mental

Pada 18 Juni 2018, World Health Organization (WHO) secara resmi menetapkan kecanduan game sebagai gangguan mental dalam dokumen ICD-11.

Kriteria diagnosisnya meliputi perilaku bermain yang tidak terkendali selama minimal 12 bulan, kehilangan minat terhadap aktivitas lain, serta tetap bermain meski sudah menimbulkan dampak negatif pada hubungan sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Gejalanya antara lain:

  • Terlalu fokus pada gim hingga mengabaikan aktivitas lain
     
  • Merasa marah atau cemas jika tidak bisa bermain
     
  • Berbohong tentang durasi bermain
     
  • Mengorbankan tidur, makan, bahkan sekolah demi game

Kondisi ini, jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi gangguan kejiwaan berat yang membutuhkan terapi psikologis atau psikiatris.

Baca Juga: 7 Langkah Penting Cegah Ledakan Gas Elpiji di Rumah, Nomor 5 Sering Terlupakan!

Solusi: Orang Tua Harus Jadi “Teman Digital” Anak

Joice memberi pesan kuat bagi para orang tua di era digital ini. Menurutnya, pengawasan anak bukan sekadar melarang bermain gim, tapi memahami dunia digital anak dan ikut berpartisipasi di dalamnya.

“Orang tua harus lebih cerdas dari anaknya. Kalau anak bisa main game A, orang tua juga harus lebih pinter dari itu,” ujarnya. 

“Kalau anaknya browsing dari internet tentang A, B, C, D, E, nah orang tuanya harus (mengerti) sampai F misalnya,” tutup Joice.

Langkah pengawasan aktif ini penting agar anak tidak terjebak dalam kecanduan yang bisa menggerus fokus, empati, dan semangat belajar mereka. Pendampingan yang penuh empati justru lebih efektif daripada larangan keras.

Kesimpulan

Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta menjadi peringatan keras bagi masyarakat bahwa dunia digital, khususnya gim online, bisa memiliki efek sosial yang nyata.

Ketika Presiden Prabowo mempertimbangkan pembatasan PUBG, hal itu mencerminkan kekhawatiran yang mendalam terhadap masa depan generasi muda Indonesia.

Mencegah kecanduan game bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga peran aktif keluarga dan lingkungan sekolah. 

Edukasi digital dan literasi mental menjadi kunci utama agar anak-anak tumbuh dengan kendali diri, keseimbangan, dan empati.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us