Writer: Raodatul - Jumat, 14 November 2025
FYPMedia.id — Tragedi tenggelamnya kapal feri di Sungai Mahakam menorehkan duka mendalam. Total delapan penumpang ditemukan meninggal dunia, sementara 20 lainnya berhasil selamat.
Insiden yang diduga dipicu kelebihan muatan ini menjadi salah satu kecelakaan transportasi sungai terbesar di Mahakam dalam beberapa tahun terakhir.
Tim SAR gabungan bekerja selama dua hari penuh untuk mengevakuasi seluruh korban. Setelah pencarian intensif, seluruh penumpang yang sebelumnya hilang akhirnya ditemukan pada Rabu (12/11) malam.
Dalam laporan resminya, Kasi Operasi dan Siaga Kantor SAR Kelas A Balikpapan, Endrow Sasmita, mengungkapkan bahwa operasi penyelamatan sudah dilakukan sejak dini hari setelah laporan kecelakaan diterima.
"Operasi pencarian ini dilakukan setelah kami menerima laporan adanya kecelakaan kapal feri yang diduga kelebihan muatan, yang kemudian tenggelam pada Senin (10/11) malam," ujar Endrow Sasmita di Kutai Barat, Kamis (13/11).
Kronologi Singkat Tenggelamnya Feri di Sungai Mahakam
Peristiwa nahas ini terjadi pada Senin (10/11) malam. Kapal penyeberangan yang membawa 28 penumpang dikabarkan karam di perairan Sungai Mahakam, wilayah Ujoh Halang, Kabupaten Kutai Barat.
Sungai Mahakam, sungai terbesar dan terpanjang di Kalimantan Timur, dikenal memiliki arus deras yang mudah berubah, terutama saat malam hari dan musim penghujan.
Kondisi ini sering kali menjadi tantangan bagi kapal penyeberangan tradisional yang beroperasi di wilayah terpencil.
Laporan awal yang diterima SAR menunjukkan bahwa kapal tersebut sempat oleng sebelum akhirnya tenggelam. Dugaan awal mengarah pada kelebihan muatan dan ketidakstabilan struktur kapal saat menyeberang.
Baca Juga: Tragedi Kapal Selam Wisata Tenggelam di Laut Merah: 6 Orang Tewas, Termasuk Anak-Anak
Tim SAR Bergerak Dari Balikpapan Pukul 00.35 WITA
Setelah mendapat laporan resmi, Tim SAR Balikpapan langsung bergerak cepat.
Pada Selasa (11/11) pukul 00.35 WITA, unit Search and Rescue Unit (SRU) diberangkatkan dari Balikpapan menuju Kutai Barat. Butuh waktu sekitar 12 jam perjalanan sungai dan darat untuk mencapai lokasi pencarian.
Pencarian hari pertama dilakukan dengan metode penyisiran permukaan, observasi area, serta pemetaan titik kemungkinan korban terbawa arus.
Hari Kedua: Penyisiran Besar-Besaran dan Penyelaman. Pada Rabu (12/11), operasi dilanjutkan dengan penguatan personel dan peralatan.
Teknik pencarian yang digunakan antara lain:
- Penyisiran permukaan sungai
- Observasi tepi sungai
- Penyelaman oleh tim khusus
- Koordinasi GPS titik jatuh
- Pemantauan arus sungai
Tim penyelam berasal dari Basarnas Balikpapan dan Brimob Pas Pelopor 2, namun proses penyelaman sempat terhambat.
Menurut Endrow: "Upaya penyelaman untuk meninjau badan kapal sempat dilakukan pada pukul 15.00 Wita kemarin (12/11), namun kemudian dihentikan karena kondisi arus yang sangat deras sehingga membahayakan bagi keselamatan penyelam."
Identitas Korban Ditemukan Bertahap Hingga Radius 13 Kilometer
Total delapan korban ditemukan sepanjang hari kedua, menyebar mulai dari radius 100 meter hingga 13 kilometer dari lokasi kapal tenggelam. Ini menunjukkan betapa kuat arus Sungai Mahakam menyeret para korban.
Berikut daftar korban yang ditemukan:
- Marselus Bouk / Cello (24) — ditemukan pukul 06.00 WITA, jarak 3,69 km
- Anci Anwar (50)
- Dedy (30)
- Yanto (40)
- Ilham (27)
- Asmanu/Bogel (55)
- Ira (24)
- Pendy (30) — ditemukan pukul 22.19 WITA, jarak 10,7 km
Korban terakhir, Pendy, ditemukan pada malam hari setelah penyisiran lanjutan dilakukan secara intensif.
Tim SAR memastikan bahwa seluruh korban terevakuasi dalam kondisi meninggal dunia.
Operasi SAR Dukung Banyak Instansi & Warga dan Operasi pencarian ini melibatkan berbagai unsur penting:
- Basarnas Balikpapan
- Polres Kutai Barat
- Brimob Kompi 2
- Polairud Resor Kubar
- BPBD Kaltim dan BPBD Kutai Barat
- Dinas Perhubungan
- TNI
- Tenaga medis
- Relawan dan warga setempat
Kesolidan tim menjadi kunci keberhasilan evakuasi dalam waktu dua hari.
Endrow menyampaikan apresiasinya: "Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh unsur SAR gabungan yang terus koordinasi dan solid selama operasi SAR. Dengan ditemukan seluruh korban, maka operasi SAR diusulkan ditutup dan seluruh unsur kembali ke satuan masing-masing."
Baca Juga: Coldplay Sumbang Kapal Pembersih Sampah Senilai Hampir Rp 12 Miliar
Dugaan Penyebab: Kelebihan Muatan & Minim Pengawasan
Hingga kini, penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti tenggelamnya kapal tersebut. Namun keterangan saksi dan laporan awal mengarah pada dua faktor utama:
1. Kelebihan Muatan
Warga menyebut kapal sering mengangkut penumpang melewati batas kapasitas. Hal ini sesuai dugaan awal SAR.
2. Minimnya standar keselamatan
Sejumlah penumpang dikabarkan tidak mendapat pelampung standar. Praktik ini lazim terjadi di jalur penyeberangan terpencil.
3. Sungai Mahakam yang ekstrem
Arus kuat, medan gelap, dan kedalaman mencapai puluhan meter membuat kecelakaan di sungai ini fatal.
Sungai Mahakam: Rute Vital Tapi Penuh Bahaya
Sungai Mahakam merupakan jalur transportasi utama di pedalaman Kalimantan Timur, termasuk Kutai Barat. Ribuan warga bergantung pada kapal feri tradisional untuk aktivitas harian, kendaraan, serta logistik.
Namun kondisi sungai yang:
- sering berubah arus,
- memiliki kedalaman ekstrem,
- minim rambu navigasi,
- masih bergantung pada kapal tua, membuat risiko kecelakaan cukup tinggi.
Dalam 10 tahun terakhir, sedikitnya sembilan kecelakaan kapal tercatat terjadi di Mahakam, sebagian besar dipicu kelebihan muatan dan kerusakan mesin.
Pemerintah Daerah Diminta Evaluasi Sistem Keamanan Transportasi Air
Tragedi ini memicu desakan agar pemerintah daerah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap:
- Kapasitas kapal yang beroperasi
- Izin layak operasi
- Standar alat keselamatan
- Pengawasan arus penumpang
- Sistem navigasi
- Pelatihan awak kapal
Aktivis keselamatan transportasi nasional menyebut bahwa tragedi Mahakam menjadi “alarm keras” bagi semua operator kapal sungai.
Kesimpulan: Operasi SAR Ditutup, Evaluasi Berlanjut
Setelah seluruh korban ditemukan, operasi SAR resmi diusulkan ditutup. Namun proses investigasi dan evaluasi keselamatan masih berlangsung.
Kecelakaan ini kembali mengingatkan bahwa keselamatan transportasi sungai harus menjadi prioritas nasional, terutama di wilayah pedalaman yang sangat bergantung pada jalur air.
Tragedi Sungai Mahakam bukan hanya kisah duka delapan keluarga korban, tetapi juga menjadi momentum untuk mendorong standar keselamatan yang lebih ketat agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi.