Writer: Astriyani Sijabat - Selasa, 14 Oktober 2025
FYP Media.id - Tragedi memilukan menimpa pasangan suami istri (pasutri) yang sedang berbulan madu di kawasan glamping Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Diduga akibat keracunan gas karbon monoksida (CO) dari pemanas air, sang istri meninggal dunia sementara sang suami masih dalam perawatan intensif.
Kejadian ini bukan hanya mengejutkan masyarakat, tapi juga menjadi peringatan serius tentang bahaya tersembunyi dari paparan gas CO di tempat-tempat wisata yang menggunakan perangkat pemanas berbahan bakar gas.
Kronologi Lengkap: Bulan Madu Berakhir Tragis
Pasutri yang baru menikah itu diketahui menginap sejak Rabu, 8 Oktober 2025 di salah satu tenda glamping di kawasan dataran tinggi Alahan Panjang. Namun, pada Kamis siang (9/10), staf penginapan mulai curiga karena keduanya tidak kunjung keluar kamar.
Pelayan penginapan memutuskan memeriksa tenda mereka. Setelah memanggil beberapa kali tanpa respon, pihak pengelola membuka tenda dan menemukan keduanya tergeletak tak sadarkan diri di kamar mandi.
-
Sang istri dinyatakan meninggal dunia di puskesmas terdekat.
-
Sang suami masih bernapas lemah dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Kepolisian dari Polsek Lembah Gumanti menyatakan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Dugaan awal mengarah pada keracunan karbon monoksida dari alat pemanas air dan tabung gas elpiji yang digunakan di kamar mandi tenda tersebut.
Penjelasan Ahli: Karbon Monoksida, Si Pembunuh Senyap
Menanggapi insiden ini, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menyatakan bahwa perlu dilakukan analisis mendalam untuk memastikan penyebab kematian. Meskipun kuat dugaan mengarah pada keracunan CO, bukti medis tetap diperlukan.
"Harus dipastikan dulu apakah benar kematian karena keracunan karbon monoksida atau sebab lain. Ini membutuhkan analisa toksikologi dan medis yang akurat,†ujar Tjandra dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).
Menurut Tjandra, karbon monoksida (CO) adalah gas yang:
-
Tidak berwarna
-
Tidak berbau
-
Tidak berasa
Karena sifatnya yang tak terdeteksi oleh pancaindra manusia, gas ini sering disebut sebagai "silent killerâ€.
Kenapa CO Berbahaya?
Tjandra menjelaskan bahwa CO memiliki afinitas 200 kali lebih tinggi terhadap hemoglobin (HB) dibanding oksigen (Oâ‚‚). Artinya, saat seseorang menghirup CO, molekul gas ini akan menggantikan oksigen dalam darah.
Akibatnya:
-
Organ-organ tubuh tidak menerima oksigen yang cukup.
-
Terjadi kerusakan jaringan secara cepat.
-
Bisa berujung hilangnya kesadaran dan kematian.
"Organ tubuh bisa rusak karena kekurangan oksigen, dan dalam dosis tertentu bisa menyebabkan kematian hanya dalam beberapa menit,†lanjutnya.
Kasus CO di Dunia: Fakta Global yang Mengejutkan
Gas karbon monoksida bukan hanya menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan data global:
-
Sekitar 28.000 orang meninggal setiap tahun akibat paparan CO.
-
Di Amerika Serikat saja, terdapat lebih dari 400 kematian per tahun karena keracunan gas ini, menurut data CDC (Centers for Disease Control and Prevention).
Yang lebih mengkhawatirkan, kata Tjandra, keracunan CO bisa mematikan bahkan sebelum gejala timbul. Beberapa korban diketahui tidak menyadari paparan gas tersebut hingga akhirnya kehilangan kesadaran.
Minim Ventilasi = Risiko Maksimal
Salah satu faktor yang memperkuat dugaan keracunan CO dalam kasus ini adalah kondisi ventilasi minim di kamar mandi tempat korban ditemukan. Alat pemanas air berbahan bakar gas (water heater) yang digunakan di ruang tertutup berpotensi besar menghasilkan CO jika:
-
Proses pembakaran gas tidak sempurna.
-
Aliran udara di ruangan buruk.
-
Tidak ada sistem deteksi gas yang terpasang.
Dalam kasus di Solok, kamar mandi tenda glamping tersebut diduga tidak memiliki ventilasi memadai, sehingga gas hasil pembakaran bisa terperangkap di dalam ruangan.
Proses Hukum dan Tindakan Lanjut
Kapolsek Lembah Gumanti, AKP Barata Rahmat Sukarsih, menyatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung. Meski tidak ditemukan tanda kekerasan, penyebab pasti kematian masih menunggu hasil medis.
"Kami masih menunggu hasil pemeriksaan medis. Untuk autopsi tidak dilakukan atas permintaan keluarga, tapi penyelidikan tetap berlanjut,†jelasnya, Jumat (11/10/2025).
Langkah-langkah lanjutan yang sedang dilakukan pihak berwenang:
-
Pemeriksaan alat pemanas dan sistem instalasi gas di lokasi.
-
Pemeriksaan rekam medis korban.
-
Koordinasi dengan pengelola penginapan dan saksi di tempat kejadian.
Perlu Regulasi dan Edukasi: Jangan Ada Korban Berikutnya
Tragedi ini memunculkan urgensi untuk:
-
Pengawasan ketat terhadap alat pemanas gas di akomodasi wisata.
-
Sosialisasi bahaya CO kepada masyarakat umum.
-
Pemasangan detektor karbon monoksida di lokasi tertutup dengan potensi kebocoran gas.
Sayangnya, hingga saat ini belum banyak tempat wisata yang menerapkan standar keselamatan ini. Banyak penginapan masih memasang alat pemanas tanpa memperhatikan sistem ventilasi yang aman.
Kesimpulan: Tragedi yang Harus Jadi Pelajaran Nasional
Insiden meninggalnya seorang istri muda saat bulan madu ini adalah peringatan keras tentang pentingnya keselamatan perangkat gas di ruang tertutup. Meski terlihat sepele, paparan karbon monoksida dapat membawa akibat fatal dalam waktu sangat singkat.