Writer: Muhammad Riyadz Aqsha - Rabu, 13 November 2024
FYPMEDIA.ID - Di era digital yang serba terhubung, istilah FOMO (Fear of Missing Out) telah lama menjadi bagian dari kosakata populer. FOMO menggambarkan perasaan cemas atau takut ketinggalan momen atau pengalaman tertentu, terutama yang terjadi di media sosial. Namun, belakangan ini, muncul sebuah istilah baru yang menjadi antitesis dari FOMO, yaitu JOMO (Joy of Missing Out). Istilah ini semakin populer seiring dengan tren kehidupan yang lebih mindful dan berfokus pada kesejahteraan pribadi.
- Apa Itu JOMO?
Dalam budaya yang sering kali menilai keberhasilan seseorang berdasarkan seberapa banyak mereka terlibat dalam kegiatan sosial, JOMO menjadi semacam perlawanan terhadap tekanan tersebut. Ia mengajak orang untuk menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kehadiran di acara sosial atau mengikuti arus yang ada. Sebaliknya, kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesendirian, waktu berkualitas bersama keluarga, atau sekadar menikmati hobi dan kegiatan yang tidak melibatkan banyak orang.
- Latar Belakang Munculnya JOMO
Namun, tidak sedikit orang yang merasa lelah dan tertekan oleh tuntutan untuk selalu terhubung dan mengikuti apa yang sedang "viral" atau populer. Inilah yang kemudian melahirkan JOMO sebagai bentuk kebalikan dari FOMO. Banyak orang mulai menyadari bahwa memilih untuk tidak terlibat dalam keramaian atau bahkan menonaktifkan diri sejenak dari media sosial dapat memberikan ruang untuk istirahat mental dan emosional yang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Perubahan Cuaca di Bulan November 2024: Antisipasi Dampak Cuaca Ekstrem di Indonesia - FYP Media
- JOMO dan Kesejahteraan Mental
JOMO mengajak kita untuk beristirahat dari tekanan tersebut dan menikmati waktu yang lebih tenang dan fokus pada diri sendiri. Hal ini sejalan dengan konsep self-care yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, akhir-akhir ini seseorang diberikan kebebasan untuk merawat dirinya sendiri tanpa harus merasa bersalah karena memilih untuk tidak terlibat dalam perayaan atau aktivitas sosial yang tidak membawa kebahagiaan sejati.
Melalui JOMO, seseorang bisa lebih menghargai momen sederhana, seperti bersantai di rumah, membaca buku, menikmati waktu dengan keluarga, atau mengejar hobi yang selama ini terabaikan. Alih-alih merasakan kekosongan atau kesepian karena tidak ikut dalam kegiatan sosial, JOMO justru menawarkan rasa puas dan kebahagiaan dalam memilih kebebasan untuk tidak terhubung.
- JOMO dalam Praktik Sehari-hari
- Mengurangi Penggunaan Media Sosial
- Prioritaskan Waktu untuk Diri Sendiri
- Bertemu dengan Orang-orang yang Memberikan Ketenangan
- Nikmati Aktivitas yang Memberi Ketenangan
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional 2024: Meningkatkan Kualitas Hidup Melalui Kesehatan yang Merata - FYP Media
JOMO adalah suatu gaya hidup yang mengajarkan kita untuk menghargai dan menikmati momen-momen sederhana dalam hidup tanpa tertekan oleh tuntutan sosial atau perasaan takut ketinggalan. Di tengah arus kehidupan yang semakin cepat dan penuh tekanan, JOMO memberikan ruang bagi kita untuk berhenti sejenak, meresapi kebahagiaan dalam kesendirian, dan menikmati waktu untuk diri sendiri. Dengan mengadopsi prinsip ini, kita bisa menemukan kebahagiaan yang lebih autentik dan sehat, jauh dari kecemasan akan kehilangan sesuatu yang belum tentu memberi kebahagiaan sejati.