Writer: Astriyani Sijabat - Jumat, 17 Oktober 2025
FYP Media.id - Langkah dramatis diambil Direktorat Jenderal Pemasyarakatan: 6 narapidana berisiko tinggi, termasuk Ammar Zoni, dipindahkan secara mendadak ke Pulau Nusakambangan dengan pengamanan super maksimum. Pemindahan ini dilakukan dengan wajah ditutup, tangan diborgol, serta penempatan satu sel untuk satu orang — pencitraan kuat yang membangkitkan sorotan publik. agar publik bisa memahami bahwa ini bukan sekadar pemindahan biasa, melainkan sinyal keras bagi sistem pemasyarakatan.
Kronologi Pemindahan & Fakta Mengejutkan
1. Pemindahan Dini Hari dengan Proteksi Ekstrem
Pada Kamis pagi, 16 Oktober 2025, enam warga binaan tiba di Nusakambangan pukul 07.43 WIB setelah dipindahkan pada dini hari dengan pengawalan ketat petugas intelijen, kepatuhan internal Ditjenpas, Polres Jakarta Timur, dan Mabes Polri.
Dalam foto video yang tersebar, wajah mereka ditutupi kain hitam pada bagian mata, dan tangan diborgol — citra dramatis yang langsung viral. Proses pemindahan diklaim sesuai SOP yang berlaku.
2. Kategori High Risk & Penempatan Super Maximum
Ammar Zoni dan lima napi lainnya dikategorikan sebagai warga binaan berisiko tinggi (high risk). Mereka ditempatkan di Lapas Super Maximum Security Karanganyar, dimana pengamanan dan pengawasan level paling ekstrem diterapkan. Selanjutnya, sistem one man one cell diterapkan — satu napi satu sel.
3. Modus & Terungkapnya Peredaran Narkoba di Lapas
Kasus yang menjadi dasar pemindahan ini adalah dugaan peredaran narkoba di dalam Rutan Salemba. Ammar Zoni diduga mengedarkan sabu dan tembakau sintetis, berkolaborasi dengan lima orang lainnya berinisial A, AP, AM alias KA, ACM, dan MR. Dalam penyidikan, alat komunikasi yang digunakan adalah aplikasi Zangi untuk koordinasi transaksi narkoba dari dalam rutan. Kasus ini terbongkar pada awal 2025, sekitar Januari.
4. Alasan Pemindahan: Vonis Bukan Penentu
Kasubdit Kerja Sama Ditjenpas, Rika Aprianti, memberi klarifikasi bahwa pemindahan ke Nusakambangan tidak berdasarkan lamanya vonis, melainkan perilaku napi selama menjalani tahanan. Artinya, meskipun seseorang tinggal beberapa bulan lagi, jika ia dikategorikan risk tinggi, pemindahan ini bisa diberlakukan.
Kontroversi & Pro kontra Publik
Pengacara & Keluarga Tidak Diberi Pemberitahuan
Keluarga dan tim hukum menyatakan bahwa mereka tidak menerima pemberitahuan resmi terkait pemindahan mendadak ini. Mereka justru mengetahui dari pemberitaan media.
Sayangnya, belum ada konfirmasi resmi lebih detail mengenai alasan administratif atau prosedur pemberitahuan resmi.
Kekhawatiran Soal Hak Narapidana
Langkah ini memunculkan pertanyaan: Apakah pemindahan mendadak dengan wajah ditutup dan isolasi "one man one cell†melanggar hak dasar narapidana?
Publik juga menyoroti: apakah proses sidang dan akses pengacara bisa tetap berjalan adil ketika napi di Pulau terpencil dengan pengamanan maksimum?
Narasi Dramatis & Citra Publik
Penampilan visual dengan wajah tertutup dan tangan terborgol memberi kesan dramatis dan efek publik — seolah "teroris narkoba†ditangkap.
Apakah ini benar strategi edukasi hukum atau sekadar aksi pencitraan publik?
Harapan Pemerintah & Tujuan Dasar
Pembinaan Plus Pengamanan
Menurut Rika Aprianti, tujuan pemindahan bukan hanya hukuman, tapi pembinaan super maksimum agar napi berisiko tinggi berubah jadi "warga binaan yang lebih baik.â€
Keseimbangan antara keamanan dan pembinaan menjadi kunci — bukan sekadar isolasi mutlak.
Sinergi Zero Narkoba
Kepala Kanwil Ditjenpas DKI Jakarta, Heri Azhari, menegaskan bahwa slogan "Zero narkoba adalah harga mati†menjadi alarm untuk institusi pemasyarakatan agar terus bertindak keras terhadap peredaran gelap narkoba.
Sejak periode kepemimpinan Menteri Agus Andrianto, lebih dari 1.500 napi high risk telah dipindahkan ke Nusakambangan sebagai bagian strategi pembersihan lapas/rutan.
Proses Sidang Fleksibel
Meski berada di Nusakambangan, proses persidangan untuk Ammar Zoni dan kawan-kawan tetap bisa berjalan lewat Zoom agar tidak memutus akses ke pengadilan.
Penutup & Prediksi Masa Depan
Pemindahan Ammar Zoni dan 5 napi lainnya ke Nusakambangan dengan pengamanan super maksimum adalah langkah simbolik dan strategis. Ini bukan hanya soal menghukum, tapi juga memperlihatkan betapa seriusnya negara melawan narkoba di dalam sistem pemasyarakatan.
Beberapa hal yang patut diantisipasi ke depan:
-
Keadilan proses hukum: Apakah sidang dan pembelaan berjalan adil, meski napi berada jauh dan pengamanan maksimal?
-
Efektivitas pembinaan: Apakah lingkungan super maksimum bisa benar-benar mengubah perilaku atau justru memperburuk kondisi psikologis?
-
Respons publik & hukum: Apakah keluarga atau lembaga HAM akan menyoal mekanisme pemindahan mendadak ini?
-
Kasus Ammar Zoni: Vonisnya bisa lebih berat jika terbukti peredaran narkoba dalam tahanan — bukan sekadar penyalahgunaan.