FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
7 Fakta Kinerja Dahsyat Industri Nonmigas Indonesia Selama 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran

News

7 Fakta Kinerja Dahsyat Industri Nonmigas Indonesia Selama 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran

Writer: fypmedia - Senin, 20 Oktober 2025

7 Fakta Kinerja Dahsyat Industri Nonmigas Indonesia Selama 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran

FYPMedia.id - Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membawa capaian positif bagi sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) Indonesia.

Di tengah tekanan global akibat ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia, industri manufaktur nasional justru menunjukkan performa mengesankan dengan pertumbuhan 4,94% secara tahunan (year on year).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengonfirmasi bahwa data tersebut mencakup periode kuartal IV 2024 hingga kuartal II 2025, menandai capaian kuat di tahun pertama masa kepemimpinan Prabowo-Gibran.

"Industri manufaktur di Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif di tengah tantangan geoekonomi dan geopolitik. Data satu tahun pada triwulan IV 2024 sampai triwulan II 2025, sektor IPNM mencapai pencapaian pertumbuhan sebesar 4,94% year on year,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan (20/10/2025).

Capaian ini memperlihatkan bahwa sektor industri nonmigas menjadi salah satu tulang punggung utama perekonomian nasional dan motor penggerak ekspor di tengah ketidakpastian global.

1. Kontribusi Besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Pertumbuhan 4,94% di sektor IPNM bukan sekadar angka. Menteri Agus menyebut bahwa sektor ini memberikan kontribusi 17,24% terhadap PDB nasional, menjadikannya penyumbang terbesar dalam struktur ekonomi Indonesia setelah sektor jasa.

Kinerja positif ini menunjukkan kemampuan industri pengolahan dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik meski tekanan global terus meningkat.

Baca Juga: Ketegangan Memuncak: Serangan AS ke Kapal Kolombia & Pernyataan Trump Picu Krisis Diplomatik

2. Menjadi Penggerak Ekspor Nasional

Tak hanya berkontribusi terhadap PDB, sektor industri nonmigas juga mendominasi ekspor Indonesia. Sekitar 78,75% dari total ekspor nasional berasal dari industri pengolahan nonmigas.

Dalam periode Oktober 2024 hingga Agustus 2025, nilai ekspor sektor ini mencapai US$ 202,9 miliar dari total ekspor nasional US$ 297,6 miliar.

"Dari sisi kinerja ekspor, pada periode yang sama Oktober 2024 sampai Agustus 2025, nilai ekspor sektor IPNM mencapai US$ 202,9 miliar atau 78,75% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 297,6 miliar,” terang Agus.

Angka tersebut menjadi indikator kuat bahwa industri pengolahan nonmigas masih menjadi andalan utama dalam mendatangkan devisa dan memperkuat neraca perdagangan nasional.

3. Kontributor Terbesar terhadap Investasi

Selain mendorong ekspor, sektor IPNM juga berperan besar dalam mendukung arus investasi ke dalam negeri.

Sepanjang periode kuartal IV 2024 hingga kuartal II 2025, sektor ini menyumbang 40,72% dari total investasi nasional.

"Dari sisi investasi, sektor IPNM memberikan kontribusi 40,72% dari total investasi pada periode yang sama,”lanjut Agus Gumiwang.

Kontribusi besar tersebut menunjukkan bahwa sektor industri nonmigas masih menjadi magnet bagi investor, baik dalam maupun luar negeri.

Kepercayaan investor ini tak lepas dari kebijakan pemerintah yang berfokus pada industrialisasi, hilirisasi sumber daya alam, dan penguatan daya saing produk lokal.

4. Tiga Subsektor Paling Berpengaruh

Pertumbuhan sektor IPNM yang solid juga didukung oleh performa luar biasa dari beberapa subsektor utama. Tiga subsektor penyumbang pertumbuhan tertinggi adalah:

  • Industri logam dasar, tumbuh 12,27%
  • Industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, tumbuh 8,13%
  • Industri makanan dan minuman, tumbuh 6,18%
"Industri logam dasar yang tumbuh 12,27%, disusul oleh industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 8,13%, serta industri makanan dan minuman 6,18%,” ujarnya.

Ketiga sektor ini menjadi lokomotif yang menggerakkan roda industri nasional dan menunjukkan arah pembangunan ekonomi yang semakin berorientasi pada nilai tambah.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Menuju Pertumbuhan 8%: Strategi dan Investasi Jumbo Rp47.587 Triliun

5. Tantangan Ekspor dan Daya Saing Regional

Meski menunjukkan tren positif, Agus mengakui bahwa nilai ekspor industri pengolahan Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

"Nilai ekspor itu lebih rendah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Itu bukan atau tidak berarti menunjukkan bahwa sektor manufaktur kita di bawah mereka,” paparnya.

Pernyataan ini menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki ruang besar untuk meningkatkan daya saing ekspor dan efisiensi produksi, terutama melalui investasi di bidang teknologi, inovasi, dan penguatan rantai pasok domestik.

6. Fokus Pemerintah pada Hilirisasi dan Inovasi

Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran berkomitmen untuk menjaga momentum pertumbuhan industri nonmigas dengan mempercepat hilirisasi, meningkatkan efisiensi produksi, dan memperkuat riset serta inovasi.

Agus menekankan bahwa langkah ini penting agar Indonesia tidak hanya menjadi pengekspor bahan mentah, tetapi juga pemain kuat di pasar global melalui produk bernilai tambah tinggi.

"Ini tidak berarti sektor manufaktur kita lebih lemah, melainkan menunjukkan peluang untuk terus meningkatkan daya saing global,” jelasnya.

Fokus pada hilirisasi diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku.

7. Arah Baru Industrialisasi di Tahun Kedua Pemerintahan

Dengan berbagai capaian tersebut, tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran dinilai berhasil menempatkan industri nonmigas sebagai salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kebijakan keberlanjutan yang menekankan transformasi digital, penggunaan energi hijau, dan pembangunan kawasan industri berorientasi ekspor akan menjadi kunci utama untuk menjaga momentum pertumbuhan pada tahun-tahun berikutnya.

Kemenperin pun berkomitmen memperluas kerja sama internasional, menarik investasi strategis, dan memperkuat peran industri manufaktur dalam rantai pasok global.

Sementara itu, pemerintah juga tengah menyiapkan sejumlah insentif untuk mendorong industri berteknologi tinggi agar semakin kompetitif.

Kesimpulan: Pertumbuhan Berkelanjutan Menuju Ekonomi Tangguh

Capaian pertumbuhan 4,94% sektor industri nonmigas dalam satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran menjadi bukti nyata ketangguhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Kontribusi besar terhadap PDB, ekspor, dan investasi memperlihatkan bahwa Indonesia masih berada di jalur yang tepat menuju transformasi industri yang berkelanjutan.

Meski masih ada tantangan, terutama terkait daya saing ekspor di tingkat regional, strategi pemerintah untuk memperkuat hilirisasi dan inovasi dipandang sebagai langkah penting menuju kemandirian industri nasional.

Dengan dukungan kebijakan yang konsisten, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri, serta peningkatan kualitas SDM, sektor industri nonmigas Indonesia berpotensi tumbuh lebih pesat dan menjadi fondasi utama bagi terwujudnya ekonomi Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global.

Tags:

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us