Writer: Ade Lutfiah - Sabtu, 11 Oktober 2025
FYP MEDIA.ID – Popularitas earphone Bluetooth terus meningkat, terutama di kalangan remaja dan pekerja digital. Perangkat ini menawarkan kenyamanan tanpa kabel, memungkinkan pengguna mendengarkan musik, mengikuti podcast, atau melakukan panggilan sambil beraktivitas. Namun, di balik kemudahan tersebut, penggunaan berlebihan menyimpan risiko kesehatan serius yang kerap diabaikan. Berdasarkan analisis dari Hallo Sehat, Alo Dokter, dan KlikDokter, berikut tujuh bahaya utama yang perlu diwaspadai.
Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan (NIHL)
Paparan suara keras melalui earphone dalam durasi lama dapat merusak sel rambut di koklea struktur krusial di telinga dalam yang tidak dapat beregenerasi. Dilansir dari Hallo Sehat, WHO memperkirakan lebih dari 1,1 miliar remaja berusia 12–35 tahun berisiko mengalami noise-induced hearing loss (NIHL), yang bisa bersifat permanen dan mengganggu komunikasi seumur hidup.
Tinnitus atau Telinga Berdenging
Kerusakan sel rambut di koklea juga memicu tinnitus sensasi denging, dengung, atau deru tanpa sumber eksternal. Penelitian dalam jurnal Noise & Health menunjukkan remaja yang mendengarkan musik lebih dari 3 jam sehari via earphone lebih rentan mengalami gejala ini, yang sering kali mengganggu konsentrasi dan kualitas tidur.
Hiperakusis: Sensitivitas Berlebih terhadap Suara
Sekitar 50% penderita tinnitus mengalami hiperakusis, yaitu ketidakmampuan menoleransi suara normal di lingkungan sekitar, seperti suara percakapan atau klakson. Dilansir dari sumber medis internasional, kondisi ini dapat mengganggu interaksi sosial, menurunkan produktivitas, dan memicu stres kronis.
Infeksi Telinga Luar
Penggunaan earphone tipe in-ear menghambat sirkulasi udara, menciptakan lingkungan lembap yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Dilansir dari Alo Dokter, risiko infeksi telinga luar (otitis externa) meningkat bila earphone tidak dibersihkan secara rutin atau dipinjamkan ke orang lain.
Penumpukan Kotoran Telinga (Serumen Prop)
Earphone yang dipakai berjam-jam dapat mendorong kotoran telinga masuk lebih dalam, menyebabkan penyumbatan. Dilansir dari Hallo Sehat, kondisi ini berpotensi memicu gangguan pendengaran, nyeri telinga, pusing, bahkan memperparah tinnitus dan infeksi.
Paparan Radiasi Frekuensi Radio (RFR)
Meski tingkat emisinya rendah, earphone Bluetooth memancarkan radiasi non-ionisasi berupa medan elektromagnetik. Dilansir dari KlikDokter, 247 ilmuwan dari 42 negara menyuarakan keprihatinan atas potensi risiko jangka panjang, termasuk gangguan neurologis, defisit memori, dan peningkatan risiko kanker otak, terutama bila digunakan berjam-jam setiap hari.
Risiko Lebih Tinggi pada Anak dan Remaja
Anak-anak memiliki tengkorak lebih tipis dan otak yang masih dalam masa perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap paparan radiasi. Menurut Dr. Santosh Kesari dari John Wayne Cancer Institute, durasi penggunaan earphone pada usia muda harus dibatasi secara ketat karena dampak akumulatifnya bisa memengaruhi perkembangan kognitif jangka panjang.
Selain ketujuh bahaya tersebut, penggunaan earphone saat tidur atau di lingkungan bising juga memperparah risiko. Untuk mencegah dampak negatif, WHO merekomendasikan prinsip 60/60: maksimal 60% volume selama 60 menit, lalu istirahat minimal 30 menit agar telinga pulih.
Pilihan perangkat juga berpengaruh. Headphone over-ear umumnya lebih aman daripada earbud, karena menghasilkan suara hingga 9 desibel lebih rendah dan tidak menyumbat saluran telinga. Fitur peredam bising aktif (active noise cancelling) juga membantu menghindari kebiasaan menaikkan volume di tempat ramai.
Kebersihan tak kalah penting. Bersihkan earphone seminggu sekali dengan kapas beralkohol, hindari berbagi perangkat, dan pastikan posisi pemakaian nyaman tanpa tekanan berlebih pada saluran telinga.
Meski teknologi Bluetooth menawarkan kenyamanan, penggunaan bijak tetap menjadi kunci utama. Seperti yang selalu ditekankan para ahli kesehatan pendengaran dan otak tidak boleh dikorbankan demi tren. Dengan kesadaran dan kebiasaan yang tepat, manfaat teknologi dapat dinikmati tanpa mengorbankan kesehatan jangka panjang.