Writer: Fatima - Rabu, 15 Oktober 2025
FYPMedia.id - Viral di media sosial tagar #BoikotTrans7 ramai diperbincangkan usai penayangan program Xpose Uncensored milik Trans7. Tayangan tersebut menuai kecaman warganet karena dianggap menyinggung serta melecehkan pesantren dan para kiai dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Tayangan tersebut menampilkan narasi seperti "santrinya minum susu harus jongkok†dan "kiainya kaya raya tapi umatnya yang kasih amplop.†Banyak warganet menilai cuplikan itu bersifat provokatif dan menyinggung nilai luhur pesantren.
Reaksi warganetpun cepat menyebar, dengan tagar #BoikotTrans7 mencapai lebih dari 11.000 unggahan dan menjangkau ratusan ribu pengguna.
Gelombang kemarahan muncul dari berbagai kalangan, mulai dari santri, alumni, hingga tokoh Nahdlatul Ulama.
Narasi yang Dianggap Melecehkan Martabat Pesantren dan Kiai
Banyak warganet menilai bahwa narasi tayangan tersebut merendahkan martabat pesantren.
Framing yang menggambarkan santri dan kiai dengan cara tidak pantas dianggap mengabaikan nilai-nilai penghormatan yang sudah menjadi tradisi pesantren.
"Tayangan Trans7 itu secara terang-terangan menghina pesantren dan tokoh yang dimuliakan oleh Nahdlatul Ulama. Ini jelas mencederai prinsip jurnalisme dan menyinggung warga pesantren,†ujar Gus Yahya dikutip dari NU Online, Rabu (15/10/2025)
Kurangnya Empati terhadap Budaya Pesantren
Kritik warganet juga menyoroti kurangnya empati dan riset dari pihak produksi Trans7.
Program yang seharusnya bersifat informatif justru menimbulkan kesan merendahkan budaya pesantren yang menjunjung tinggi etika dan adab.
PWNU Jawa Timur menyebut tayangan tersebut gagal memahami konteks kehidupan pesantren.
Padahal, penghormatan terhadap kiai dan guru adalah simbol moral yang penting dalam pendidikan Islam tradisional.
Cuplikan Viral dan Reaksi Warganet di Media Sosial
Potongan tayangan dari Xpose Uncensored dengan cepat menyebar di platform seperti TikTok, Instagram, dan X.
Ribuan warganet mengunggah komentar kecaman dan menyerukan boikot terhadap Trans7.
Tayangan tersebut memicu diskusi besar tentang etika media. Isu ini memperlihatkan bagaimana kekuatan netizen dapat mengubah opini publik dan memberi tekanan pada media.
Baca Juga: 5 Alasan Menkeu Purbaya Tolak Bayar Utang Kereta Cepat Whoosh Pakai APBN
Tuntutan Resmi dan Respons Lembaga Keagamaan
Kemarahan publik tidak berhenti di dunia maya. Beberapa organisasi seperti PBNU, PKB, dan alumni pesantren menyerukan tindakan hukum dan meminta Trans7 bertanggung jawab.
Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PBNU menyatakan siap menempuh jalur hukum atas dugaan penghinaan terhadap pesantren.
KPI Pusat memberikan sanksi penghentian sementara pada program Xpose Uncensored karena dinilai melanggar pedoman penyiaran
Sentimen Identitas dan Kehormatan Komunitas Pesantren
Tayangan tersebut menyentuh ranah identitas dan kehormatan di kalangan pesantren.
Pesantren menegaskan perannya sebagai lembaga pendidikan dan simbol peradaban Islam Nusantara.
Pelecehan terhadap pesantren sama saja dengan melecehkan sejarah perjuangan umat Islam. Hal ini membuat reaksi emosional masyarakat semakin meluas dan memperkuat gerakan boikot.
Tanggapan Resmi dari Trans7
Sebagai tanggapan atas kontroversi tersebut, Trans7 akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Pihak stasiun TV mengakui adanya kesalahan dalam proses produksi dan penyuntingan tayangan.
Dalam pernyataan resminya, Trans7 menyatakan, "Kami memohon maaf kepada masyarakat, khususnya para kiai dan santri, atas ketidaknyamanan yang timbul. Kami akan melakukan evaluasi internal agar kejadian ini tidak terulang di masa depan,†dikutip dari Antara, Rabu (15/10/2025).
Pelajaran bagi Dunia Penyiaran
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi industri televisi di Indonesia. Media harus lebih berhati-hati ketika mengangkat isu yang menyentuh nilai-nilai agama dan budaya.
Prinsip jurnalisme yang berimbang, verifikasi fakta, serta empati terhadap komunitas menjadi hal yang wajib ditegakkan.
Dewan Pers dan KPI diharapkan memperketat pengawasan agar media tidak mengulangi kesalahan serupa di masa mendatang.